id
id

Indonesia Miliki SDM dan Teknologi Pengelasan Rel Kereta Api

Asosiasi Pengelasan Indonesia (API-IWS) mengadakan webinar yang bertema Pengelasan Rel Kereta Api bekerjasama dengan API cabang Jabodetabek, PT KAI, Kampuh Grup, Welding Study Center (WSC) pada tanggal 6 Maret 2022. Dalam webinar tersebut turut hadir Anjar Niryawan (Presiden API-IWS), Ir. Moch Moenir (Governing Board API-IWS), Andi Rizaldi, ST, MM., (Staf Ahli Menteri Perindustrian Bidang Iklim Usaha dan Investasi).

Narasumber dalam webinar ini adalah Prof. Dr. Ir. Winarto, M. Sc, IWE  (Guru Besar dan Kepala Unit Penjaminan Mutu Akademis FTUI), dan Ari Machmuddi Kanosri, IPM, IWE Manager Traction/ Rolling Stock Reliability – PT Kereta Api Indonesia (KAI) (Persero). Keduanya berbicara mengenai Teknologi Pengelasan dan yang lebih spesifik pengelasan rel kereta api.

Dekan FTUI, Prof. Dr. Heri Hermansyah, ST., M.Eng., IPU mengungkapkan bahwa webinar ini merupakan kegiatan reguler yang diadakan oleh API-IWS. “Dengan webinar ini, kita dapat menjawab maraknya pemberitaan di media massa mengenai tenaga kerja pengelasan Indonesia yang dianggap kurang mampu untuk melakukan pengelasan rel kereta api. Tenaga ahli dan SDM di Indonesia sebenarnya mampu dan sanggup untuk melakukan pengelasan rel kereta api.”

Webinar ini diikuti oleh 215 orang peserta dari berbagai kalangan seperti praktisi, akademisi, industri, mahasiswa dan masyarakat umum yang dilaksanakan secara daring. Peserta berasal dari berbagai daerah di Indonesia dan luar negeri seperti Taiwan. Ini menunjukkan minat dan perhatian yang tinggi terhadap pengelasan di Indonesia.

Sebagai  Guru Besar Teknologi Pengelasan Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI), pada kesempatan ini Prof. Winarto menyampaikan materi “Teknologi Pengelasan Rel Kereta Api”. “Permasalah pada pengelasan rel kereta cukup banyak dijumpai dan memang pengelasan rel kereta memerlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang terampil dan memiliki pengetahuan yang cukup. Saya ikut tergugah untuk melakukan riset, khususnya di bidang perkeretaan api. Perlu diingat bersama bahwa kereta api merupakan transportasi massal yang diperlukan  bangsa Indonesia tercinta ini,” kata Prof. Winarto.

Penyambungan logam atau pengelasan adalah penyambungan material dengan memanaskan material dasar dengan atau tanpa menggunakan tekanan, serta menambahkan logam pengisi. Penyambungan logam sangat diperlukan dalam pengerjaan berbagai hal, termasuk dalam pembuatan kereta api dan rel kereta api. Namun, pengetahuan tentang metode  pengelasan masih kurang dipahami oleh masyarakat. Sehingga, hal itu tercermin dalam kualitas lasan. Kualitas lasan merupakan kunci produk sambungan yang kita acu berdasarkan standar yang ada.

Beberapa welding atau pengelasan, dibagi menurut sumber energinya. Sumber energi tersebut di antaranya, energi listrik, energi reaksi kimia, energi mekanik, dan energi cahaya. Kegiatan pengelasan pada rel kereta api menggunakan sumber dari energi listrik, yaitu Fusion Arc Welding dan Flash Butt Welding, serta energi dari reaksi kimia, yakni Thermit Welding dan Gas Pressure Welding. Penyambungan dengan Fusion Arc berprinsip bahwa logam harus dilas dengan busur listrik. Kemudian material tersebut akan menyatu dan mengeras. Sementara itu, pengelasan dengan penekanan mengharuskan logam disusun seperti kereta api, lalu dapat dipanaskan dan ditekan. Prinsip tersebut yang perlu diketahui masyarakat bahwa proses penyambungan kereta api memang tidak mudah.

“Terdapat empat tujuan pengelasan rel kereta api.  Pertama, untuk menambah panjang lintasan rel dengan cara menyambungkan dua rel atau lebih. Kemudian, pengelasan dapat mengurangi jumlah sambungan dengan demikian meningkatkan kekuatan sambungan dan lintasan menjadi ekonomis. Ketiga, memperbaiki rel yang rusak dengan meningkatkan umurnya. Terakhir, proses pengelasan rel digunakan dengan menyatukan bagian ujung kepala rel dengan pengelasan. Tujuan tersebut dapat terlaksana dengan prinsip pengelasan yang telah dijelaskan sebelumnya,” kata Prof. Winarto.

Melanjutkanya penjelasan sebelumnya, Prof.  Winarto membandingkan penyambungan Flash Butt  dengan Thermit Welding.  Penyambungan Flash Butt menggunakan arus listrik sebesar 35.000 A, sedangkan Thermit Welding menggunakan reaksi kimia. Dari segi kualitas, kekuatan, biaya, dan waktu,  pengelasan dengan sistem Flash Butt lebih unggul dibandingkan Thermit Welding. Akan tetapi, pengelasan dengan sistem Thermit Welding, perusahaan tidak harus melakukan pengontrolan secara ketat. Hal itu berbeda dengan Flash Butt  yang harus dikontrol dengan ketat melalui sistem komputer.

“Saya telah membuat standarisasi yang disahkan melalui SNI tentang sambungan Flash Butt untuk jalan rel. Standar tersebut meliputi proses penyambungan menggunakan metode Mobile Flash Butt Welding Machine di Lintas, bukan menggunakan Fixed Pand. Standar ini berlaku untuk kelas baja R269, r260mNM, dan R30HT dengan profil rel 54E1 dan 60E1 mengacu SNI 8936:2020,” kata Prof.  Winarto menutup paparannya.

***

Biro Komunikasi Publik
Fakultas Teknik Universitas Indonesia

 

X