id
id

Pemanfaatan Ekonomi Biopharming Lebah Trigona di Masbagik, Lombok Timur

Pulau Lombok merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi besar dalam pengembangan budidaya lebah trigona (lebah tidak menyengat yang saat ini mulai digemari masyarakat) dengan dua produk paling popular, yaitu madu dan propolis. Produk madu dan propolis trigona saat ini memiliki daya jual yang cukup tinggi dengan khasiat yang bermanfaat bagi tubuh manusia, sehingga pengembangan budidaya lebah trigona ini terus digalakan agar dapat meningkatkan dampak positif bagi masyarakat serta meningkatkan perekonomian masyarakat di sekitar Lombok Timur.

Dosen Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI), Dr. Muhammad Sahlan, S.Si., M.Eng bersama Tim Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat UI memperkenalkan dua inovasi kotak lebah trigona di beberapa pesantren Lombok Timur, yaitu Pesantren Zainuddin At-Sani dan Pesantren Al-Ihsani NW Dasan Baru di daerah Masbagik, Lombok Timur. Program pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk membantu lingkungan pesantren seperti koperasi, guru, dan siswa untuk turut andil dalam pengembangan lebah trigona, sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan usaha Pesantren di Masbagik, Lombok Timur.

Kondisi alam di Lombok Timur yang memiliki berbagai jenis vegetasi mendukung pengembangan lebah trigona. “Lebah tidak menyengat ini sangat cocok untuk dibudidayakan di pondok pesantren, karena tidak menyengat dan tidak perlu untuk di “angon” atau dipelihara, tidak perlu dipindah-pindahkan tempatnya, sehingga para santri masih bisa beraktivitas/belajar di ponpes dan memeriksa lebahnya pada waktu yang senggang. Selain itu, pengembangan biopharming lebah trigona ini tidak membutuhkan biaya banyak dan praktis,” kata Dr. Sahlan.

Pengembangan biopharming yang dimaksud oleh Sahlan adalah dengan memanfaatkan penggunaan rooster dalam proses budidayanya, dengan rooster memiliki harga yang murah dan mudah didapat oleh para santri (berkisar Rp 5000 – Rp 7000). Selain itu, inovasi lain yang ditawarkan yaitu terkait proses panen madu lebah trigona yang sangat praktis, tanpa banyak membunuh lebah yang tidak menyengat tersebut, sehingga para santri dapat lebih mudah dalam melakukan panen madu lebah trigona.

Dengan mengusung tema “Pengolahan dan Pemanfaatan Ekonomi Biofarming Lebah Trigona”, Dr. Sahlan memimpin kegiatan diskusi dengan kedua pesantren. Para peserta yang berasal dari kedua pesantren tersebut antusias untuk berdiskusi dan berkonsultasi terkait kendala yang dialami selama melakukan budidaya lebah trigona di pesantren masing-masing. Diskusi yang dilakukan meliputi teknik penempatan koloni, penjagaan koloni agar tetap produktif menghasilkan madu, serta cara panen madu melalui alat maupun manual.

Selain pelatihan melalui sesi diskusi, Tim Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat UI juga melakukan pendampingan kewirausahaan budidaya lebah madu trigona yang dipandu oleh salah seorang pengusaha budidaya lebah madu di Lombok sebagai mentor praktisi, yakni Hasan Asari, S.Pt (Pengusaha Lumbung Madu Hasanah Lombok) dengan mendemokan dan praktik bersama untuk pemecahan koloni lebah madu trigona.

Muhammad Faizin, selaku peserta dan perwakilan dari Pesantren Zainuddin At-Sani sangat antusias dengan adanya diskusi dan pelatihan terkait pengolahan lebah trigona ini. “Kami sangat senang dan berterima kasih kepada Universitas Indonesia, yang datang jauh–jauh dalam rangka membantu pengembangan lebah trigona. Harapannya, hasil dari budidaya ini dapat dijual di koperasi sekolah dan memberikan manfaat,” ujar Muhammad Faizin.

***

Biro Komunikasi Publik
Fakultas Teknik Universitas Indonesia

X