id
id

Power to X: How Nanotechnology Converts Solar Energy to Industrial Chemical

Nano Research Society Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) kembali menyelenggarakan online lecture 2 dengan tema “Power to X: How Nanotechnology Converts Solar Energy to Industrial Chemical“. Kuliah daring yang diselenggarakan pada Jumat (29/7) lalu tersebut menampilkan pembicara seorang ilmuwan dari Austrian Institute Technology, Dr. Rachmat Adhi Wibowo, M.Sc. Beliau memiliki kepakaran dalam bidang material desain dan analisis tenaga matahari sebagai bahan bakar.

“Pemanasan global menjadi ancaman bagi manusia abad ini. Dampak besar tersebut kian terasa bagi umat manusia dari hari ke hari. Salah satu dampak dari pemanasan global adalah mencairnya gletser di pegunungan es di Austria. Mencairnya es ini juga akan berdampak pada kenaikan muka air laut. Jika dirunut ke belakang, mencairnya es tersebut disebakan oleh naiknya suhu muka bumi,” ungkap Dr. Rahcmat dalam paparannya.

Dari fenomena iklim yang ada ini dapat dikatakan bahwa bumi telah menerima banyak cahaya dari matahari. Oleh sebab itu, cahaya matahari tersebut dapat dimanfaatkan menjadi tenaga matahari dan dapat memberi manfaat bagi manusia.

“Seperti yang kita ketahui bersama, tenaga matahari dibutuhkan pada proses fotosintesis. Namun, saat ini kita dapat melakukan fotosintesis artifisial dengan mengkonversi tenaga matahari ke dalam bentuk chemical. Bentuk tersebutlah yang akan digunakan dalam fotosintesis artifisial,” kata Dr. Rachmat.

Proses konversi ini disebut Power-to-X. Power-to-X adalah sejumlah jalur konversi, penyimpanan energi, dan konversi listrik yang menggunakan kelebihan daya. Konversi ini dibantu oleh Nanoteknologi untuk memanipulasi material pada skala atomik dan skala molekular.

“Dalam transisi menuju masyarakat bebas fosil, sumber energi terbarukan seperti matahari dan angin memainkan peran penting. Dalam konteks ini, sangat penting untuk dapat menyimpan energi, sehingga kita juga dapat menggunakannya saat matahari tidak bersinar dan tidak ada angin. Selain itu, sebagian dari industri transportasi dan manufaktur kita tidak dapat dialiri listrik, tetapi mengharuskan kita mengubah listrik menjadi sesuatu yang lain,” jelas Dr. Rachmat.

Power-to-X dapat mengamankan bahan bakar untuk transportasi berat, kapal, truk, dan pesawat yang tidak dapat menggunakan listrik dan baterai. Selain itu, Power-to-X penting untuk memastikan produksi banyak hal yang saat ini diproduksi dari sumber daya fosil, seperti obat-obatan, plastik, dan cat.

Selain itu, harus diperhatikan bahwa Power-to-X memiliki masalah material yang harus diselesaikan oleh insinyur material. Oleh karen sifat dari dampak perubahan iklim skala besar, material tersebut perlu: 1) berlimpah di muka bumi dan tidak langka, berbentuk nanomaterial sehingga lebih banyak diserap, material dapat ditingkatkan dan diproses dengan baik.

***

Biro Komunikasi Publik
Fakultas Teknik Universitas Indonesia

X