id
id

Teknologi Offshore Terkini untuk Kedaulatan Energi

Selasa (6/9/2016), Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) menggelar seminar bertajuk “Sharing on Research and Invention Experiences in Oil and Gas Sectors”, dengan pembicara Arcandra Tahar, Ph.D, pemegang paten teknologi pengeboran lepas pantai (offshore). Seminar yang dimoderatori oleh Manajer Riset & Pengabdian Masyarakat FTUI Prof. Dr. Ir. Akhmad Herman Yuwono, M.Phil.Eng ini membahas peran teknologi terbaru dalam bidang offshore untuk membangun kedaulatan energi bangsa.

Menurut Arcandra, terdapat tiga pilar yang diperlukan untuk membangun kedaulatan bangsa. Pertama, pengelolaan sumber daya alam Indonesia. Di Indonesia, sumber daya alam harus digunakan untuk kemakmuran rakyat, sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945. Kedua, kedaulatan energi. “Negara harus mampu menjami ketersediaan energi untuk rakyat dan industri,” ujar Arcandra.

Pilar terakhir adalah investasi. Investasi harus diarahkan pada pembukaan lapangan kerja seluas-luasnya. “Investasi juga harus mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan kerja sama yang saling menguntungkan, tidak masalah jika dari pihak asing,” tutur lulusan Ocean Engineering Universitas Texas A&M ini.

Untuk mencapai kedaulatan di bidang energi, Arcandra melihat adanya potensi untuk memanfaatkan lapangan minyak dan gas marjinal (marginal field) di Indonesia dengan teknologi yang tepat. Marginal field adalah sebuah lokasi pengeboran minyak yang umurnya pendek (kurang dari 5 tahun), dan tidak terlalu menguntungkan secara ekonomi. Di Indonesia, banyak ditemukan di lokasi pengeboran gas yang menjadi marginal field, dengan volume cadangan gas di bawah 1.3 Tcf.

Usianya yang tergolong pendek dan cadangan yang sedikit membuat proses pengeboran migas di wilayah marginal field ini memerlukan teknologi khusus agar lebih ekonomis. Penggunaan alat pengeboran yang dapat dipindah-pindahkan menjadi salah satu solusi. “Satu alat dibangun untuk multiple platform agar lebih hemat. Tidak mungkin pakai alat model jacket yang statis di satu tempat,” katanya.

Teknologi yang dapat menjadi solusi untuk marginal field ini bernama Multi-Column  Tension (McT) yang didesain oleh Arcandra. Alat ini dapat digunakan untuk operasi migas di laut dangkal (< 150 meter), dan dapat dikembangkan untuk dipakai di laut dalam  (> 150 meter). Strukturnya yang sederhana membuat biaya pembuatannya lebih murah dibanding alat model lain. Proses pemasangannya juga tidak memerlukan crane sehingga McT dapat dengan mudah dipindahkan ke marginal field lain.

Di akhir seminar ini, Arcandra mengingatkan untuk memulai menciptakan teknologi dari hal yang sederhana. “Jangan berpikir bahwa teknologi offshore harus canggih agar dapat dioperasikan oleh semua orang di lapangan,” tutur Arcandra.

Seminar ini merupakan bagian dari agenda rutin bernama FTUI Seminar Series, yaitu kegiatan yang ditujukan untuk memperluas wawasan sivitas akademika FTUI mengenai kemajuan riset terkini dengan menghadirkan ilmuwan dari luar dan dalam negeri yang menginspirasi.
Penulis: Dara Adinda Kesuma Nasution (UI Update)

 

Penyerahan Sertifikat oleh Dekan FTUI, Prof. Dedi Priadi, DEA

X