id
id

Tim Peneliti Lintas Kampus UI Kembangkan Sediaan Ovula Propolis

Tim Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Lintas Disiplin Universitas Indonesia (UI) bekerja sama dengan beberapa institusi lainnya mengembangkan Sediaan Supositoria Vagina (Ovula) berbahan aktif lilin propolis untuk mencegah dan mengobati keputihan (Fluor Albus). Uji klinis pada manusia dilakukan pada pasien klinik obstetrik-ginekologi dan perempuan yang memiliki risiko infeksi tertular melalui hubungan seksual, yaitu para Wanita Pekerja Seks (WPS) di wilayah Pangandaran yang berjumlah 126 orang sebagai populasi kunci. Sebelumnya, tim peneliti telah melakukan penelitian efektivitas sediaan ekstrak propolis secara in vitro dan uji praklinis pada hewan.

Penelitian ini merupakan hasil kolaborasi multidisiplin dari beberapa institusi, dengan ketua tim Dr. dr. Siti Farida, M.Kes, Ph.D. (Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dan Dosen Fakultas Kedokteran UI) dengan anggota tim yang terdiri dari Dr. Eng Muhamad Sahlan, S.Si., M.Eng. (Fakultas Teknik UI), Dr. dr. Robiatul Adawiyah, M.Biomed, Sp.Park., dr. Hanny Nilasari, Sp.KK(K), dr. Tyas Priyatini, Sp.OG(K), dan dr. Vivian Soetikno, PhD, SpFK (FK UI), Etin Rohmatin, SST, M.Kes. (Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Tasikmalaya), dan apt. Diah Kartika Pratami, M.Farm. (Fakultas Farmasi Universitas Pancasila).

Riset yang dilakukan para akademisi tersebut dilatarbelakangi oleh banyaknya masalah kesehatan reproduksi perempuan yang disebabkan oleh jamuralah satunya adalah gejala keputihan (kandidiasis vaginalis). Kandidiasis vaginalis adalah infeksi di organ kewanitaan yang menimbulkan gejala keputihan (fluor albus). Infeksi ini merupakan salah satu masalah kesehatan reproduksi perempuan yang disebabkan oleh jamur Candida Albicans. Keputihan merupakan gejala awal dari infeksi alat reproduksi seperti vulvitis, vaginitis, servisitis, bahkan hingga penyakit radang panggul (pelvic inflammatory disease). Kondisi ini dapat menimbulkan masalah psikologis pada perempuan serta memicu infeksi campuran serta munculnya kanker serviks.

Pada umumnya, pengobatan dilakukan dengan pemberian obat golongan Azol yang bekerja menghambat biosintesis ergosterol yang dibutuhkan dalam perakitan membran sel Candida Albicans. Belakangan diketahui bahwa penggunaan obat ini tidak lagi efektif dan diperlukan alternatif pengobatan yang lebih efektif untuk mencegah tumbuh dan berkembangnya jamur penyebab keputihan.

“Penelitian yang dilaksanakan oleh tim, memfokuskan pada penggunaan ekstrak propolis yang memiliki aktivitas antijamur untuk mengatasi keputihan yang disebabkan Kandidiasis vaginalis. Pengembangan pengobatan dengan menggunakan ekstrak propolis ini akan menggantikan pengobatan Kandidiasis vaginalis yang resisten terhadap golongan azol,” ujar Siti Farida.

Muhamad Sahlan, dosen dan pakar di bidang propolis FTUI menjelaskan, “Dalam penelitian terdahulu telah dibuat sabun cair dan sediaan supositoria vagina (ovula) yang berbahan aktif lilin propolis. Sediaan ovula ini terbukti efektif dalam menginhibisi jamur Candida Albicans dengan durasi selama terapi 7 hari berturut-turut. Saat ini, kami terus melakukan perbaikan formula ovula dengan menggunakan mikropartikel propolis yang dapat meningkatkan aktivitas propolis sebagai antijamur di dalam tubuh serta memperpendek masa terapi menjadi 3-5 hari.”

Pada Sabtu, 27 Maret 2021, tim melakukan edukasi pencegahan penyakit jamur pada perempuan dan pengobatannya bagi 126 orang populasi kunci yang juga merupakan pasien uji klinis manusia. Kegiatan ini merupakan penyuluhan kesehatan terkait pemeliharaan kebersihan organ genital dan cara pencegahan terhadap infeksi menular seksual. Tim juga melakukan pemeriksaan kesehatan untuk mendeteksi keberadaan infeksi jamur dengan pengambilan sampel keputihan, pemeriksaan kultur serta pemeriksaan mikroskopik.
Sampel tersebut kemudian diperiksa di Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran UI. Pada sampel yang positif Kandidiasis Vaginalis dilakukan pemberian obat dengan menggunakan metode rancangan acak lengkap terkontrol buta ganda (double blind randomized controlled trial) dan dilakukan evaluasi pada hari ke-3 dan ke-5 untuk mengetahui tingkat keberhasilan pengobatan dan diberikan pengobatan dan pemeriksaan kembali sampai hasil pemeriksaan negatif.

dr. Mayasari, Kepala Puskesmas Pangandaran mengungkapkan, “Kami menyambut baik dan berterima kasih atas pelaksanaan kegiatan ini. Dengan melakukan pemeriksaan di lokasi populasi kunci, hal ini membantu Puskesmas Pangandaran menjemput bola. Secara rutin, kami juga telah melakukan pemeriksaan penyakit kelamin menular untuk memastikan apakah mereka terkena Infeksi Menular Seksual (IMS) atau tidak. Tingkat kesadaran mereka yang termasuk populasi kunci untuk melakukan pemeriksaan kesehatan juga mengalami peningkatan. Mereka menyadari bahwa aktivitas yang mereka lakukan berisiko tinggi.” Sejumlah petugas medis yang dikordinir Deden Hediana, S.Kep., Ns, seperti perawat, bidan, analis kesehatan dan tenaga administrasi dari Puskesmas Pangandaran dan Dinas Kesehatan Pangandaran turut membantu pelaksanaan kegiatan.

Inovasi Pengembangan Pengobatan Ovula Propolis untuk Pengobatan Keputihan telah mendapatkan pengakuan internasional. Pada tahun 2018 prototipe ovula propolis berhasil menjadi First Winner dalam ajang kompetisi Inovasi di Bidang Perlebahan yang diselenggarakan oleh Asian Apicultural Association. Persiapan hilirisasi dan komersialisasi juga telah disiapkan dengan didapatkannya paten atau Hak Kekayaan Intelektual (HKI) No. Paten IDP000071370 (14 September 2020) dengan judul paten “Metode Pembuatan Sediaan Supositoria Vagina (Ovula) Berbahan Aktif Lilin Propolis Untuk Mencegah dan Mengobati Keputihan (Fluor Albus)” dan Sertifikat HKI No. Paten IDS000003514 (11 Januari 2021) dengan judul paten “Komposisi Sediaan Ovula Berbahan Aktif Lilin Propolis Untuk Mengobati Keputihan (Fluor Albus) yang disebabkan Infeksi Jamur Candida dan Produknya”.

X