Tiga mahasiswa Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI), meraih penghargaan Top Three Winners di ajang kompetisi Pertamuda Seed and Scale yang diselenggarakan secara daring oleh PT Pertamina (Persero). Acara ini diikuti oleh 2.025 peserta dari berbagai Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia. Tim FTUI mengusung ide inovasi bisnis berupa teknologi pembuatan pupuk nitrat cair yang diberi nama Tekpang. Ketiga mahasiswa tersebut adalah Savira Alivia Salsabila (2019), Muhammad Fadhillah Ansyari (2017), dan Luqman Hakim (2019), di bawah bimbingan teknis guru besar Departemen Teknik Kimia FTUI, Prof. Dr. Ir. Nelson Saksono, M.T.
Kompetisi Pertamuda Seed and Scale adalah kompetisi kelompok ide bisnis untuk wirausaha muda Indonesia yang berhubungan dengan energi dan nilai komersial yang berkelanjutan, diselenggarakan oleh PT Pertamina (Persero) sebagai rangkaian program Pertamina Goes to Campus. Program ini bertujuan untuk membantu pemerintah dalam menciptakan wirausaha muda dan lapangan kerja sebagai bagian dari kontribusi BUMN terutama dalam mendukung pembangunan ekonomi kreatif yang mempunyai nilai inovasi dan berkelanjutan.
Inovasi Tekpang dari tim FTUI dipresentasikan di hadapan para juri Pertamuda Seed and Scale 2021, yaitu Mia Khrisna Anggraini (VP New Ventures PT Pertamina (Persero)), Komaidi Notonegoro (Founder Reforminer Institute), Dian Ono (Social Innovation Activist), Yan Rezky (Direktur Dreamwealth Enterprise) dan Inez Stefanie (Co-Founder & Managing Partner Supernova Ecosystem). Inovasi dan ide bisnis Tekpang mengantar tim FTUI meraih predikat Top Three Winners dan mendapatkan dana pembinaan sebesar 100 juta rupiah yang diserahkan langsung oleh Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati, disaksikan oleh direksi dan manajemen Pertamina Grup pada awarding night yang diselenggarakan langsung di Bali pada 30 September – 3 Oktober 2021.
Tim FTUI mengangkat inovasi teknologi pembuatan pupuk nitrat cair sebagai solusi penguatan ketahanan pangan pasca-pandemi Covid-19 yang diberi nama Tekpang. Alat yang dibuat oleh tim FTUI ini berbasis teknologi contact glow discharge electrolysis yang merupakan teknologi terbarukan, murah, dan ramah lingkungan, dalam pembuatan pupuk nitrat sebagai solusi atas kelangkaan pupuk di masa pandemi Covid-19. Teknologi ini merupakan pengembangan dari teknologi plasma yang tidak menghasilkan residu dan mengonsumsi energi 2,5 kali lebih rendah dibandingkan dengan Proses Haber-Bosch (proses konvensional).
Dengan penggunaan daya energi yang lebih rendah, maka alat Tekpang dapat menghasilkan biaya produksi pupuk yang lebih murah. Dengan ukuran yang tidak terlalu besar dan teknologi yang terbilang sederhana, mesin Tekpang dapat dengan mudah didistribusikan ke petani-petani kecil di desa. “Kami berharap dengan adanya teknologi ini, para petani di daerah dapat memproduksi sendiri pupuk, sehingga biaya produksi pupuk menjadi lebih rendah, dan ide bisnis ini dapat mempunyai efek domino untuk memecahkan masalah-masalah sosial lainnya seperti kemiskinan,” ujar Muhammad.
“Ide Tekpang berangkat dari kepedulian kami akan semakin berkurangnya penggunaan pupuk organik di kalangan petani yang kini justru beralih menggunakan pupuk kimia, ditambah dengan kelangkaan pasokan bahan baku pupuk akibat pandemi Covid-19 yang berimbas pada kenaikan harga produk pertanian. Hal ini akan memicu terjadinya inflasi ekonomi ke depannya dan menurunnya minat masyarakat untuk berinovasi dan berproduksi pada sektor pertanian. Hal ini tentu akan berakibat buruk pada ketahanan pangan nasional Indonesia,” kata Luqman.
“Strategi penjualan yang kami usulkan, yaitu melalui sistem langsung dan tidak langsung. Penjualan dengan metode tidak langsung dilakukan melalui laman, marketplace, dan media sosial. Metode langsung dilakukan dengan direct selling ke konsumen, seperti ke pemerintah daerah, serta pengusaha agrobisnis dan hidroponik. Tantangan terbesar kami adalah bagaimana bisa membuat sebuah inovasi teknologi menjadi sebuah bisnis yang tidak hanya menguntungkan, tetapi juga bermanfaat bagi sosial. Untuk bisa menaklukan tantangan tersebut adalah melakukan pengembangan dan evaluasi baik dari segi teknologi maupun target pasar sehingga tujuan penggunaan alat tepat sasaran,” kata Savira.
Prof. Dr. Ir. Nelson Saksono, M.T., pakar FTUI di bidang intensifikasi proses, mengatakan, “Alat pembuatan pupuk cair nitrat dari udara ini dikembangkan dari hasil penelitian bersama mahasiswa selama dua tahun terakhir, sehingga akhirnya mendapatkan prototipe alat yang tidak saja efektif cara kerjanya, biaya pembuatan dan operasionalnya juga murah dan ramah lingkungan. Hasil uji produk yang unggul serta melihat peluang inovasi bisnis yang menjanjikan menjadi modal tim Tekpang FTUI dalam kompetisi ini. Semoga dengan prestasi yang sangat membanggakan ini, akan terbuka peluang komersialisasi alat ini untuk mendukung program ketahanan pangan nasional.”
Pertamuda Seed and Scale terdiri dari beberapa tahapan lomba. Fase awal adalah pengiriman Pitch Deck yang diikuti oleh 2.025 peserta. Dari 2.025 peserta tersebut kemudian dikurasi hingga terpilih 50 besar. Peserta yang terpilih masuk ke 50 besar kemudian diminta untuk melakukan presentasi terkait ide bisnis mereka di hadapan mentor yang dipilih oleh panitia selama 4 hari berturut-turut dengan jumlah mentor per harinya adalah 2 mentor. Setelah fase mentoring selesai, peserta kembali dikurasi dan dipilih 20 tim terbaik. Final Pitching dilakukan dihadapan para juri Pertamuda Seed and Scale 2021 untuk menentukan Top Three Pertamuda 2021. Rangkaian acara Pertamuda Seed and Scale dilaksanakan pada 18 Juni 2021 – 3 Oktober 2021.