Gempa yang terjadi di Cianjur pada tanggal 21 November 2022 saat ini telah memasuki tahap rehabilitasi dan rekonstruksi. Tahap ini makin menjadi krusial karena bukan hanya dalam upaya membangun kembali berbagai infrastruktur serta menggerakkan kembali aktivitas masyarakat, namun juga untuk membangun kembali semangat dan moralitas warga Cianjur setelah 1.5 bulan lalu mengalami gunjangan dahsyat yang mengubah segalanya. Oleh karenanya Sekolah Indonesia Cepat Tanggap (SICT) bergerak cepat dan hadir disana.
Upaya SICT dalam langkah Rehabilitasi dan Rekonstruksi Sekolah pasca Gempa Cianjur sendiri telah mulai dilaksanakan melalui peletakan batu pertama pembangunannya pada 5 Januari 2023 di kawasan Kecamatan Cugenang, diharapkan dalam 3-4 minggu ke depan akan berdiri 1 dari 3 sekolah yang direncanakan. Sebagaimana laporan BNPB ada ratusan sekolah yang hancur akibat gempa termasuk yang terparah di sekitar Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur, dimana saat tim SICT melakukan survei lapangan hanya tinggal puing bangunan yang masih menumpuk ditambah hujan yang terus turun.
“Di antara ratusan sekolah yang hancur ada 220 PAUD yang terdampak hingga mengakibatkan proses pembelajaran cukup terganggu, terutama saat penilaian akhir semester (PAS) yang harus dilaksanakan di dalam tenda darurat. Oleh karenanya pembangunan dan rehabilitasi sekolah menjadi urgent serta tentu saja akan sangat tergantung dari partisipasi pihak Sponsor maupun CSR perusahaan yang ambil peran kontributif,” jelas Prof. Yandi Andri Yatmo dan Prof. Paramita Atmodiwirjo, Inisiator SICT dan pasangan suami-isteri Profesor dari Departemen Arsitektur FTUI.
“Sekolah Indonesia Cepat Tanggap (SICT) merupakan inisiatif Fakultas Teknik Universitas Indonesia dalam rangka pemulihan kembali fasilitas pendidikan pasca bencana. Berkolaborasi dengan ILUNI FTUI, ILUNI Arsitektur FTUI, APC-ILUNI UI serta FUSI Foundation, program ini telah diimplementasikan sejak tahun 2018 di berbagai wilayah yang terdampak bencana. 8 lokasi sekolah telah didirikan di Lombok dan Sumbawa di Nusa Tenggara Barat serta Palu Sulawesi Tengah sebagaimana dapat ditelusuri dari https://linktr.ee/sekolahindonesia,” kata Dekan FTUI, Prof. Dr. Heri Hermansyah, ST., M.Eng., IPU.
Rangkaian peletakan batu pertama pembangunan SICT Cianjur tahap satu dilaksanakan pada Kamis (5/1/2023) yang sekaligus merupakan pemetaan dan pengukuran lapangan untuk beberapa lokasi sekolah lainnya yang diproyeksikan untuk menjadi lokasi SICT tahap berikutnya. Semoga para pegiat pendidikan, para pemangku kepentingan maupun donatur/sponsor berkenan terus ambil bagian dalam tahap krusial seperti saat ini, hingga para murid dan pengajar bisa bersama-sama untuk kembali bangkit dari trauma musibah yang mungkin masih tersisa.
Pada tahun 2019 lalu, inisiatif Bangunan SICT Tanggap Bencana FTUI ini juga telah memperoleh penghargaan Internasional, FuturArc Green Leadership Award. Keunggulan dari proyek SICT sebagaimana dikemukakan oleh para juri FuturArc Green Leadership Award, terletak pada kepekaan dalam penggunaan material bangunan yang sederhana serta murah namun dapat menghasilkan rancangan arsitektur yang elegan.
Desain modular yang diterapkan mampu menawarkan tidak hanya kecepatan konstruksi namun juga merupakan upaya melakukan upgrade terhadap kualitas lingkungan pembelajaran. Sekolah Indonesia Cepat Tanggap yang telah dibangun mengupayakan hadirnya lingkungan belajar yang menyenangkan bagi anak-anak melalui penyediaan beragam ruang untuk belajar dan bermain.
Sekolah Indonesia Cepat Tanggap mempunyai pendekatan khusus dalam perancangannya yakni, Sistem Modular dimana perancangan berbasis modul yang fleksibel untuk penyesuaian terhadap kebutuhan ruang, kondisi site, dan ketersediaan material; Plug & Play yaitu rancangan dimana antar unit kelas, ruang luar dan ruang lainnya dapat dikomposisikan sesuai program belajar; Berbasis Komponen, rancangan berbasis komponen material guna mencapai efisiensi konstruksi; dan Ekosistem Belajar yang menyediakan lingkungan yang menyenangkan untuk berbagai kegiatan belajar secara terintegrasi.
Langkah yang dilakukan oleh FTUI ini membuktikan komitmen serta dukungannya terhadap pengimplementasian pembangunan berkelanjutan (SDGs), yang berkaitan dengan terbukanya kembali akses pendidikan melalui pembangunan kembali sekolah-sekolah yang rusak. Hal ini turut mendukung poin ke-4 SDGs, yaitu pendidikan berkualitas dan inklusif. Selain itu, dengan pembangunan SCIT juga mendukung poin SDGs ke-11, yaitu Kota dan Pemukiman yang Berkelanjutan sebab bangunan sekolah yang didesain menggunakan sistem modular.
***
Biro Komunikasi Publik
Fakultas Teknik Universitas Indonesia