Tiga mahasiswa dari Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Indonesia (DTSL FTUI) menggagas ide inovatif sebagai alternatif permasalahan kepadatan penduduk di Jakarta. Jakarta dengan lahan yang terbatas, masalah kepadatan penduduk menyebabkan masalah lingkungan dalam upaya mencapai pemerataan pembangunan infrastruktur untuk kota yang lebih layak huni. Mahasiswa FTUI menggagas ide inovatif Green Instant Humanitarian Area (GRAHA): kawasan hunian berkelanjutan, layak, dan terjangkau.
Berkat gagasan GRAHA ini, tim mahasiswa FTUI berhasil meraih Juara 3 pada ajang Innovative Essay Competition Civil Engineering National Summit Universitas Indonesia (IEC CENS UI), yang diumumkan pada 15 Maret 2023 lalu. Ketiga mahasiswa DTSL FTUI tersebut terdiri dari, Priscilla Tiffany (Teknik Lingkungan 2021), Rubby Anistia Prasetyo (Teknik Sipil 2020), dan Trevan Sean Lioes (Teknik Sipil 2021).
IEC CENS UI tahun ini mengangkat tema Innovation to Achieve Equitable Infrastructure Development to More Liveable City. Tema ini dilatarbelakangi oleh kondisi Jakarta sebagai kota terpadat ke-25 di dunia yang menghadapi berbagai masalah karena keterbatasan lahan dan lingkungan. Salah satu kawasan terkenal di Jakarta yang memiliki permasalahan ini, yaitu Kampung Lodan, Jakarta Utara dimana akses untuk kawasan hunian yang layak masih terbatas.
Sebenarnya, permasalahan tersebut dapat diatasi dengan membenahi infrastruktur melalui berbagai aspek, seperti membangun kawasan hunian yang berkelanjutan, layak, dan terjangkau, menyediakan sistem transportasi yang dapat diakses, dan membangun pengelolaan sampah yang tepat.
“Dalam membenahi infrastruktur ini kami memberikan solusi berupa upaya revitalisasi. Sebenarnya, lahan hunian di kawasan Jakarta dapat dioptimalisasi dengan konsep konstruksi modular. Solusi ini juga selaras dengan konsep yang dilakukan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), melalui Rumah Instan Sederhana Sehat (RISHA), yaitu rumah yang menggunakan konsep konstruksi tetapi tidak memiliki fleksibilitas sehingga kalangan atas tidak mau menggunakannya. Selain itu, ada juga Rumah Sistem Panel Instan (RUSPIN) yang lebih murah dibandingkan RISHA tetapi fleksibilitasnya rendah dan kurang terdengar oleh kalangan atas sehingga mereka tidak juga mau menggunakan RUSPIN,” kata Rubby.
Ia menambahkan, “Bagaimana caranya menciptakan suatu area yang dapat mengkolaborasikan kalangan atas dan kalangan bawah dalam satu kawasan. Untuk itu, kami menggagas ide penggunaan modifikasi panel pada modular konstruksi sehingga kalangan atas mau untuk menggunakannya. Solusi ini diberi nama Green Instant Humanitarian Area (GRAHA).”
Sebagai sebuah kawasan hunian, GRAHA memiliki keunggulan sebagai hunian yang berkelanjutan, terjangkau, dan layak. Pertama, GRAHA sebagai hunian berkelanjutan merupakan hunian yang menggunakan konsep konstruksi modular. Dengan konsep ini telah berupaya menurunkan sampah serta meminimalisir harga dan alat berat dalam proses konstruksinya. Selain itu, karena hunian ini diproyeksikan untuk jangka waktu panjang, GRAHA memiliki sistem pengelolaan air dan sampah yang baik serta anti gempa.
Kedua, GRAHA sebagai hunian terjangkau. Jika hunian konvensional dapat menyentuh angka hingga 600 juta, maka hunian GRAHA hanya menyentuh angka 100-200 juta saja. Hal ini terjadi karena GRAHA menggunakan variasi panel yang banyak.
Ketiga, GRAHA sebagai hunian yang layak. Sebenarnya, karena GRAHA ini merupakan hunian hasil revitalisasi dari hunian yang kurang nyaman (kumuh dan padat), maka GRAHA digagas sebagai kawasan nyaman yang sesuai dengan standar kenyamanan, yaitu adanya space (ruang) dan spare (lingkup).
“Untuk mengimplementasikan konsep GRAHA, ada beberapa hal yang akan kami canangkan ke depannya tetapi tentunya hal ini bergantung pihak terkait mempertimbangkan gagasan GRAHA. Intinya, kami berusaha untuk memberikan solusi konstruksi yang berkelanjutan.” kata Trevan.
Dekan FTUI, Prof. Dr. Heri Hermansyah, S.T., M.Eng., IPU., menyampaikan apresiasi terbaiknya terhadap gagasan inovatif mahasiswa DTSL FTUI ini. “3 keunggulan yang dimiliki oleh GRAHA sebagai hunian yang berkelanjutan, terjangkau, dan layak merupakan bentuk implementasi dalam mencapai pemerataan pembangunan infrastruktur untuk kota yang lebih layak huni. Selain itu, juga mendukung pengimplementasian Sustainable Development Goals (SDGs), berupa Inclusive City Development, poin ke-9 (Industry Innovation and Infrastructure), ke-10 (Reduced Inequalities), dan ke-11 (Suistanable Cities and Communities).”
CENS UI merupakan kompetisi yang diselenggarakan oleh Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Ikatan Mahasiswa Sipil (Iptek IMS) FTUI. Kompetisi yang telah diselenggarakan sejak tahun 2003 ini, setiap tahunnya mengangkat tema berbeda sesuai dengan permasalahan yang terjadi untuk mendapatkan solusi yang aplikatif.
***
Biro Komunikasi Publik
Fakultas Teknik Universitas Indonesia