id
id

Guru Besar FTUI Prof. Hendri Dwi Saptioratri Kaji Kompleksitas Produk Manufaktur Sebagai Upaya Menuju Human-Less Process

Rektor Universitas Indonesia (UI), Prof. Ari Kuncoro, S.E., M.A., Ph.D, mengukuhkan Prof. Dr. Ir. Hendri Dwi Saptioratri Budiono, M.Eng. IPM sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Kompleksitas Produk Manufaktur, Fakultas Teknik (FT) UI. Prosesi pengukuhan yang diadakan pada Rabu (26/7), di Makara Art Center UI Kampus Depok, ini turut dihadiri oleh Saleh Husin, S.E., M.Si., selaku Menteri Perindustrian periode 2014–2016 sekaligus Ketua Majelis Wali Amanat 2019–2023.

Dalam pidatonya yang berjudul “Kompleksitas Produk Manufaktur Upaya Menuju Human-Less Process”, Prof. Hendri menyebut bahwa industri manufaktur merupakan sektor industri yang memberikan kontribusi terbesar bagi perekonomian Indonesia. Sektor industri manufaktur diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk mencapai target pertumbuhan rata-rata 6% per tahun dalam lima tahun ke depan. Peran industri manufaktur dalam catatan Badan Pusat Statistik (BPS) masih yang terbesar pada 2022, dengan porsinya mencapai 18,34% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Industri manufaktur tidak lepas dari ketidakpastian pasar, tren inovasi teknologi, kondisi lingkungan yang dinamis, globalisasi pasar, persaingan, dan perubahan kebutuhan pelanggan. Seiring perkembangan industri, tantangan di lingkungan manufaktur juga meningkat, salah satunya adalah kompleksitas produk manufaktur. Manajemen kompleksitas produk manufaktur merupakan isu strategis yang perlu ditangani perusahaan. Pengembangan kompleksitas adalah jalan industri manufaktur menuju konsep human-less process.

Human-less process dimaksudkan agar proses manufaktur melibatkan lebih sedikit manusia, terutama dalam penentuan biaya produk di tahap awal desain. Konsep ini dijembatani dengan adanya analisis indeks kompleksitas dari berbagai desain produk manufaktur. Secara konvensional, estimasi biaya dilakukan dengan melihat volume, berat, dan material dari suatu desain. Dengan perkembangan ilmu manufaktur, diketahui ada banyak aspek lain yang terkait dalam biaya produksi suatu produk.

Untuk mendukung konsep pabrik pintar dan human-less process, teknologi additive manufacturing (AM) atau dikenal dengan istilah lain 3D printing dapat dimanfaatkan sebagai teknologi manufaktur. Munculnya teknologi AM mengubah pola pikir bahwa semakin tinggi kompleksitas tidak akan membuat rumit proses manufaktur. Hal ini mendorong penelitian yang mampu mengorelasikan indeks kompleksitas dengan berbagai tantangan proses dalam AM, seperti disassembly, recycle, dan maintenance.

AM membawa inovasi yang signifikan dalam produksi barang dengan tingkat kerumitan yang beragam, baik dalam hal bentuk maupun material. AM telah menjadi solusi manufaktur yang signifikan di berbagai industri, seperti mobil, kedirgantaraan, dan konstruksi. Ukuran pasar global industri AM terus meningkat, dan teknologi ini telah menghadirkan peluang bagi desain inovatif dan kinerja produk yang lebih baik.

Penerapan Industri 4.0 dan teknologi Machine Learning dalam AM telah memainkan peran dalam mengatasi kompleksitas sistem, meningkatkan kualitas produk, dan mendorong inovasi dalam produksi.

Namun, perubahan ini juga memengaruhi peran operator dalam industri manufaktur. Di era Industri 4.0, peran operator berubah menjadi lebih bertanggung jawab atas produksi dan pengambilan keputusan yang kompleks, sementara tugas manual yang lebih sederhana cenderung diotomatisasi.

Di sisi lain, pentingnya pemisahan (dissasembly) dan daur ulang (recycle) dalam proses desain, serta perhatian terhadap desain lingkungan, daur ulang, dan siklus hidup produk, menjadi fokus penelitian dalam keberlanjutan (sustainability). Produksi dengan kemampuan daur ulang yang tinggi dan desain untuk daur ulang (Design for Assembly/Disassembly atau DFAD) membantu mengurangi kontaminasi dan menjaga keberlanjutan sumber daya alam.

“Pengembangan konsep kompleksitas menuju human-less process akan terus berkembang dengan berbagai perkembangan zaman. Setiap perkembangan teknologi tentu memiliki keunggulan, kelemahan, serta kompleksitasnya masing-masing. AM dengan keunggulannya memiliki kompleksitas dalam hal disassembly, recycle, dan maintenance yang menjadi tantangan untuk studi lebih lanjut. Segala penjabaran yang dilakukan dalam penelitian ini harapannya akan dapat bermanfaat bagi perkembangan industri manufaktur di masa depan,” ujar Prof. Hendri menutup pidatonya.

Penelitian Prof. Hendri ini merupakan satu dari banyaknya penelitian yang pernah dilakukannya. Beberapa karya tulisnya yang telah diterbitkan, antara lain Pengembangan Model Perhitungan Kompleksitas Proses Sangrai Kopi Indonesia Menuju Sistem Otomatisasi (2023); Power Requirement and Cost Analysis of Electric Bus using Simulation Method with RCAVe-EV1 Software and GPS Data; A Case Study of Greater Jakarta (2022); dan Development of A Process Complexity Index of Low Pressure Die Casting for Early Product Design Evaluation (2022).

Prof. Dr. Ir. Hendri Dwi Saptioratri Budiono, M.Eng. IPM menamatkan pendidikan Sarjana Teknik Mesin FTUI pada 1985; pendidikan Master of Engineering in Mechanical Engineering, Keio University, Japan tahun 1993; Program Doktoral Teknik Mesin FTUI tahun 2014; dan Program Profesi Insinyur FTUI pada 2023. Prof. Hendri pernah menjabat sebagai Dekan FTUI periode 2018–2022.

***

Biro Komunikasi Publik
Fakultas Teknik Universitas Indonesia

X