Peningkatan kesadaran terhadap krisis iklim yang diakibatkan oleh emisi karbon telah menginspirasi berbagai kalangan untuk berkontribusi, termasuk pelaku bisnis. Dalam konteks ini, pembangunan yang ramah lingkungan bukan hanya menjadi sebuah kebutuhan, melainkan juga membuka peluang ekonomi yang signifikan bagi pelaku usaha dan masyarakat. Namun, perlu diingat bahwa inovasi teknologi mutakhir hanyalah satu bagian dari keseluruhan usaha ini; kesadaran akan keberlanjutan lingkungan juga harus dikedepankan.
Dr. Cindy Rianti Priadi, Ketua Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik UI, turut hadir dalam perbincangan di forum diskusi CEO Goes to Campus Universitas Indonesia dengan tema “Powering the Future: Innovations for a Sustainable Mission” di Fakultas Teknik UI, Depok, Jawa Barat, pada Rabu (6/12/2023). Selain Dr. Cindy, turut hadir sebagai pembicara Executive Vice President Aneka Energi Baru Terbarukan Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN, Zainal Arifin; Segment Digital Transformation Department Head SKF Indonesia, Anis Lutfi; dosen dan peneliti tetap Departemen Manajemen & Research Associate Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI, Anna Amalyah Agus; serta kreator konten Wira Laga Bachtiar.
Pada kesempatan ini, Dr. Cindy Priadi memberikan pandangannya terhadap keberlanjutan, menggarisbawahi bahwa ” adopsi teknologi dalam hal inovasi pembangunan berkelanjutan di Indonesia masih minim. Hal ini tecermin dari banyaknya masyarakat yang belum memahami betul prinsip dasar 3R, yakni reuse (mengurangi), reduce (menggunakan kembali), dan recycle (mendaur ulang).”
”Kita tidak bisa menyamakan antara inovasi dengan teknologi. Teknologi baru tentu akan membutuhkan biaya investasi yang mahal. Namun, inovasi lebih daripada adaptasi teknologi, itu bisa berupa efisiensi proses sehingga biayanya lebih murah dan keuntungannya bisa langsung dirasakan,” tuturnya.
Zainal Arifin, dari Aneka Energi Baru Terbarukan PLN, menjelaskan upaya PLN dalam mencapai pembangunan berkelanjutan, khususnya dalam transisi energi dari fosil ke energi baru terbarukan (EBT). Langkah-langkah tersebut mencakup pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terapung di Cirata, co-firing biomassa untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), dan pemanfaatan sampah sebagai sumber energi melalui teknologi RDF Plant.
Forum ini juga membahas perubahan strategi bisnis perusahaan besar terkait keberlanjutan. Anis Lutfi dari SKF Indonesia mengungkapkan bahwa pada tahun 2030, SKF berkomitmen untuk mencapai nol emisi karbon pada seluruh rantai pasokan mereka.
Anna Amalyah Agus, dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI, menambahkan bahwa keberlanjutan lingkungan bukan hanya menjadi isu global, tetapi juga memiliki dampak signifikan pada sektor perekonomian. Pemerintah, sebagai respons, telah menyediakan infrastruktur seperti pasar karbon, pajak karbon, dan skema insentif karbon untuk mendorong pelaku bisnis dan pengusaha menerapkan pembangunan berkelanjutan.
Pentingnya peran institusi pendidikan dalam mendukung inovasi keberlanjutan juga menjadi sorotan dalam diskusi ini. Sementara infrastruktur untuk pembangunan berkelanjutan sudah ada, Dr. Cindy Priadi menegaskan bahwa kurikulum di institusi pendidikan juga perlu diperbarui agar tidak ketinggalan dalam menghadapi tantangan keberlanjutan dan dapat menjadi subyek dalam pengelolaan lingkungan yang baru.
Ditemui di kesempatan terpisah, Prof. Dr. Heri Hermansyah, S.T., M.Eng., IPU, Dekan FTUI menyampaikan, ”Di Fakultas Teknik UI, kami memandang isu keberlanjutan sebagai suatu panggilan yang mendesak, bukan sekadar keinginan. Keberlanjutan adalah sebuah kebutuhan yang mendasar, dan kami di FTUI memahami bahwa peran kami sangat krusial dalam menciptakan perubahan positif. Kami berkomitmen untuk menjadi pionir dalam mendukung pengembangan inovasi terkait keberlanjutan di lingkungan kampus, mendorong solusi-solusi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Inovasi-inovasi ini diharapkan tidak hanya mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, tetapi juga memberikan kontribusi positif terhadap masyarakat dan ekonomi secara keseluruhan.”
***
Kantor Komunikasi Publik
Fakultas Teknik Universitas Indonesia