Taufik Nur, mahasiswa program Doktor dari Departemen Teknik Industri FTUI mengembangkan strategi rantai pasok coklat artisan berkelanjutan, khususnya untuk mengatasi penurunan produksi biji kakao di Indonesia. Strategi ini dituangkan dalam disertasinya yang berjudul ”Pembangunan Model dan Evaluasi Strategi Agri-Food Supply Chain Yang Berkelanjutan Dengan Pendekatan Sistem Dinamis” dan dipresentasikan pada sidang terbuka Promosi Doktor yang dilaksanakan Senin (11/12).
Penelitian Taufik dilatarbelakangi permasalahan yang dihadapi para petani kakao di Indonesia. Jumlah petani kakao di seluruh dunia mencapai lebih dari 6 juta, dan industri ini menjadi penopang pendapatan bagi lebih dari 50 juta orang. Namun, produksi kakao Indonesia mengalami penurunan drastis sebesar 77% (180.000 ton) pada tahun 2022, yang disebabkan oleh serangan hama, penurunan kesuburan lahan, dan penuaan tanaman. Penurunan ini telah berlangsung selama dua dekade terakhir, mencapai kondisi kritis pada tahun 2022.
“Rantai pasok coklat artisan yang saya kembangkan dapat menjadi solusi yang relevan untuk mengatasi tantangan ini di Indonesia. Kebijakan pemerintah sebelumnya, yang bertujuan meningkatkan produksi dan mutu biji kakao melalui Standar Nasional Indonesia (SNI), dianggap tidak efisien karena masalah teknologi benih dan kurangnya insentif finansial bagi petani. Oleh karena itu, industri coklat artisan dianggap sebagai alternatif yang lebih berkelanjutan dan berkualitas tinggi, membuka peluang untuk memperbaiki kondisi ekonomi dan kesejahteraan petani kakao,” jelas Taufik dalam paparannya.
Industri coklat konvensional, sebagai komoditas, dianggap tidak berkelanjutan, menyebabkan masalah kesejahteraan petani kakao yang hidup di bawah garis kemiskinan tanpa alternatif pendapatan. Sebaliknya, industri coklat artisan, juga dikenal sebagai craft coklat atau specialty, tumbuh secara eksponensial selama 20 tahun terakhir, mencapai pertumbuhan dua kali lipat dari kakao komoditas. Produksi coklat artisan, yang berskala kecil, menghasilkan coklat premium dengan bahan baku biji kakao spesialti, dengan rantai pasok yang lebih efisien dan berkelanjutan.
”Industri coklat artisan di Indonesia dimulai sejak awal 2000-an, tetapi pertumbuhannya masih kalah cepat dibandingkan dengan negara-negara seperti Vietnam, Filipina, dan Jepang di Asia. Indonesia hanya menyumbang 2% dari produksi biji kakao spesialti secara global, sementara kontribusi produksi coklat artisan lebih rendah lagi, yakni 0.06%. Meskipun pemerintah Indonesia mulai fokus pada perkembangan industri kakao artisan dengan menargetkan pertumbuhan pasar domestik coklat artisan sebesar 2-10%, serta memiliki road map pengembangan kakao, belum ada model kebijakan spesifik untuk pengembangan rantai pasok industri coklat artisan,” tambah Taufik.
Pengembangan industri coklat artisan yang berkelanjutan memerlukan dukungan pemodelan kebijakan rantai pasok yang berkelanjutan. Saat ini, penelitian pemodelan kebijakan terkait agri-food berfokus pada network design, distribusi, ketidakpastian inventori, struktur pasokan, perencanaan pasokan, dan kapasitas produksi. Meskipun demikian, masih terdapat kecenderungan penggunaan pendekatan parsial, sedangkan isu-isu keberlanjutan di agri-food supply chain lebih terkait pada masalah sistem kompleks.
Taufik menjelaskan bahwa penelitian ini bertujuan memberikan manfaat bagi pengembangan industri kakao dari segi petani, industri pengolahan, dan perkembangan ilmu pengetahuan. Tujuannya juga mencakup perluasan pemahaman para pemangku kepentingan dan pengambil kebijakan terhadap kompleksitas dan dinamika rantai pasok coklat artisan yang berkelanjutan, dengan sudut pandang multi aktor. Penelitian ini juga bertujuan meningkatkan kesiapan para aktor dalam rantai pasok coklat artisan untuk memenuhi tuntutan aspek keberlanjutan, dengan menggunakan model simulasi untuk memilih strategi terbaik dalam mencapai tujuan berkelanjutan.
Prof. Dr. Heri Hermansyah, S.T., M.Eng., IPU, Dekan Fakultas Teknik UI (FTUI) menyampaikan, “Pengambilan keputusan dari para pemangku kebijakan untuk mendukung industri artisan coklat artisan membutuhkan pemahaman yang holistik. Pemahaman karakteristik industri coklat artisan yaitu konsep specialty, single origin, komunitas, dan mendukung pengelolaan lingkungan dan kesejahteraan petani. Karakteristik industri artisan berbeda dengan karakteristik industri coklat komoditas atau confectionery. Peluang meningkatkan peran devisa bagi artisan sangat besar karena pasarnya terbuka luas di luar negeri.”
Disertasi penelitian mengenai strategi agri-food supply chain yang berkelanjutan ini berhasil mengantarkan Taufik Nur meraih gelar doktor dengan IPK 3.80. Taufik tercatat sebagai lulusan doktor ke-20 Departemen Teknik Industri dan doktor ke-524 Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Sidang Promosi ini dipimpin oleh Prof. Dr. Heri Hermansyah, S.T., M.Eng., IPU. dengan promotor Prof. Dr. Ir. Akhmad Hidayatno, S.T., MBT., IPU. dan ko-promotor Prof. Dr.-Ing. Amalia Suzianti, S.T., M.Sc. Sementara tim penguji terdiri dari Prof. Dr-Ing. Ir. Asep Ridwan, S.T., M.T., IPU.; Komarudin, S.T., M.Eng., Ph.D; Dr. Ir. Andri D. Setiawan, S.T., M.Sc., IPU.; Dr. Ir. Armand Omar Moeis, S.T., M.Sc., IPU, ASEAN Eng.; dan Dr.rer.pol. Ir. Romadhani Ardi, S.T., M.T.
###
Kantor Komunikasi dan Publik
Fakultas Teknik Universitas Indonesia