id
id

Dosen Tamu FTUI Bahas Sanitasi Air di Kawasan Gaza

Pada Kamis (28/2), Program Studi Teknik Lingkungan Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) mengadakan kuliah dengan dosen tamu dari University of Technology Sydney, Safaa Aldirawi, M.Sc. Beliau memberikan kuliah bertajuk Water, Sanitation and Hygiene (WASH) in Gaza, from Engineering to Human Rights. Kuliah ini diselenggarakan secara daring melalui zoom meeting serta luring di ruang S504 Gedung S FTUI pada sore hari pukul 16.30 – 18.00 WIB dengan peserta dari mahasiswa mata kuliah Sanitasi Terapan.

Sebelum kuliah dimulai, Dr. Cindy Rianti Priadi, S.T., M.Sc., Ketua Program Studi Teknik Lingkungan FTUI, memberikan sambutannya, “Dalam kuliah ini, Safaa akan memberikan pengalamannya sebagai warga Gaza dan konsultan teknik lingkungan di sana selama beberapa tahun terkait situasi Gaza dari beberapa sudut pandang. Kita juga akan melihat sedikit tentang sejarah Gaza untuk memahami kenapa air menjadi masalah di sana saat ini. Dan tentunya Safaa akan menjelaskan tentang solusi yang pernah dihadirkan.”

“Karena Palestina adalah wilayah konflik yang panas dan tidak memiliki kedaulatan atas sumber dayanya sendiri, terutama sumber daya air, maka kesenjangan kekuasaan dan konteks politik sangat mempengaruhi tata kelola air. Melaui perjanjian Osli, Otoritas Air Palestina (Palestinian Water Authority/PWA) didirikan dan bertanggung jawab atas pengembangan dan pengelolaan seluruh sumber daya air Palestina termasuk pelaksanaan proyek air,” jelas Safaa.

Saat ini, warga Palestina mengalami peningkatan krisis air. Mereka menghadapi tantangan besar terkait penurunan kualitas air tanah baik secara kuantitas maupun kualitas. Ketersediaan air di Gaza tidak memenuhi kebutuhan dasar penduduk. Karena intrusi air laut dan alasan lainnya, termasuk urbanisasi, kurangnya pengelolaan dan kontaminasi limbah, kualitas air tanah di Gaza telah memburuk secara drastis, dengan hanya 4% air yang diambil memenuhi standar WHO dalam hal kualitas.

Safaa melanjutkan dengan paparan contoh proyek WASH yang dilakukan di Jalur Gaza. Salah satunya adalah Proyek Maia: Menghadirkan Air Bersih untuk Anak-Anak Palestina. “Proyek Maia menyediakan air minum bersih yang aman bagi puluhan ribu anak-anak Palestina dengan memasang unit pemurnian air dan desalinasi di sekolah-sekolah di seluruh Jalur Gaza. Proses ini terbalik dalam osmosis terbalik. Kami mengambil air laut, larutan yang sangat pekat, dan memaksanya melewati membran dengan menambahkan tekanan. Di sisi lain, kita memperoleh air bebas garam, sedangkan di sisi pertama sisa air masih menahan garam yang tidak dapat dilewati oleh membran,” jelasnya.

Lalu ada juga Pabrik Desalinasi RO Area Tengah yang didanai oleh USAID. Pabrik ini diperluas, yang semula berkapasitas 2.600 meter kubik per hari menjadi 3.400 meter kubik air minum olahan per hari. Pekerjaan yang dilakukan meliputi sumur pantai pemasukan air laut baru, pipa pemasukan, pipa pembuangan air garam, sistem pembuangan dan diffuser, area bengkel, sistem bangunan pretreatment, sistem bangunan RO, sistem kimia, sistem air yang diolah, peralatan elektromekanis, Pengangkutan air minum hasil desalinasi ke reservoir pencampuran dan penyimpanan yang sudah ada untuk didistribusikan lebih lanjut ke area tengah.

Proyek berikutnya adalah peningkatan infiltrasi air hujan di Waduk Sheikh Radwan. Proyek ini merupakan salah satu program paling penting yang dilakukan Otoritas Air Palestina, yaitu memanen air hujan dan air permukaan (mengalir) dengan membangun bendungan dan kolam penampung air baru, rehabilitasi bendungan dan kolam penampung yang ada, dan meningkatkan pengisian ulang air tanah buatan. Sayangnya, infrastruktur di Gaza di masa lalu dirancang untuk mengelola air hujan di beberapa kolam dan kemudian dipompa ke laut. Kolam Shaikh Redwan merupakan kolam penampungan air hujan terbesar di Jalur Gaza, dengan kapasitas sekitar 960.000 m3. Kolam tersebut terletak di barat laut Gaza.

Safaa Aldirawi adalah seorang insinyur dan peneliti lingkungan Palestina dengan komitmen besar untuk memajukan praktik air, sanitasi, dan kebersihan (WASH), pengelolaan air terpadu, dan pembangunan internasional. Dengan latar belakang yang kaya yang tersebar di Jalur Gaza, Australia, dan Belanda, Safaa memiliki pengalaman dalam menerapkan teknik hidrolik dan metode hidrologi untuk menilai sumber daya air, terutama berfokus pada air tanah untuk meningkatkan layanan WASH dan menggunakan keterampilan penelitian kuantitatif dan kualitatif untuk mengembangkan praktik kebijakan dan strategi pengelolaan air berbasis bukti dalam kondisi geografis yang beragam.

Saat ini Safaa sedang mengejar gelar Ph.D. di Institute for Sustainable Futures di University of Technology Sydney, mempelajari isu penting mengenai dampak perubahan iklim terhadap air tanah. Penelitian ini mengeksplorasi pendekatan adaptasi transformatif terhadap sistem pasokan air tanah mandiri di Indonesia, yang bertujuan untuk mendorong layanan yang lebih tangguh dalam menghadapi perubahan iklim.

***

Kantor Komunikasi Publik
Fakultas Teknik Universitas Indonesia

X