id
id

Prof. Setyo S. Mursidik Ungkap Tantangan, Solusi, Dan Peluang Permasalahan Air

“Batas kritis pengelolaan air yang kita kenali, merupakan tantangan interaksi sistem lintas skala, bersifat multidisiplin ilmu, dari dimensi teknis dan non-teknis. Sulit untuk menetapkan batas-batas tata-kelola yang jelas dan ditindaklanjuti secara kolektif, ketika daerah aliran sungai (DAS) saling berhubungan dengan aliran air permukaan, air laut, dan air tanah yang saling terkait. Terlebih lagi, kebutuhan air perkotaan dan pedesaan sangat dipengaruhi oleh skala pengelolaan secara lokal dan regional,” ujar Prof. Dr. Ir. Setyo Sarwanto Mursidik, D.E.A. saat menyampaikan pidato pengukuhan guru besarnya, pada Sabtu (13/11).

Ia menyampaikan pidato berjudul “Lintas Batas Sains Air Dan Tantangan Inovasi Teknologi” dalam Sidang Terbuka pengukuhannya menjadi Guru Besar Tetap bidang Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI). Prof. Setyo menjelaskan tantangan lain yang dihadapi mengenai permasalahan air, diantaranya pengelolaan air hujan dan adaptasi terhadap perubahan iklim, meningkatkan pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT) dan mendorong penggunaan energi semakin efisien, dan perhatian terhadap emerging kontaminan.

Tak hanya itu, kepatuhan pada undang-undang merupakan hal penting dari aspek manusia yang bermuara pada tata kelola air, serta pembiayaan infrastruktur yang disediakan. Dari tantangan yang dihadapi tersebut, Prof. Setyo mencoba menguraikan tujuh solusi, meliputi emerging technology pengolahan yang digunakan; pengendalian sumber polusi dan perubahan perilaku; penghijauan kota dan solusi berbasis daerah tangkapan yang merupakan prinsip alami yang diterapkan melalui Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan konsep bioswole; pengolahan limbah terkonsentrasi dan instalasi lebih hemat energi.

Solusi yang kelima adalah pendekatan inovasi untuk penyediaan pengolahan air limbah pedesaan melalui pendekatan teknologi alami seperti wetland; Keenam, pembiayaan berkelanjutan mencakup investasi infrastruktur; dan terakhir, mengaktifkan ekonomi sirkular pada setiap pemanfaatan timbulan yang memiliki nilai tambah secara ekonomi.

Ada beberapa inovasi guna menjawab permasalahan air yang dikembangkannya, berdasarkan penelitian tesis dan disertasi di bawah bimbingannya. Pertama adalah rumah pintar & IoT yang dapat mencegah bencana terkait air, memantau penggunaan air setiap hari, dan penggunaan detektor kebocoran air pintar berbasis internet. Kedua, Internet of Nature (IoN) merupakan komponen ekosistem perkotaan dan dinamika keterkaitannya digambarkan dan direpresentasikan melalui teknologi dan aplikasi digital. Ketiga adalah daur ulang air terdesentralisasi untuk aplikasi skala kecil/terbatas, keempat adalah pembangkitan air atmosfer (Atmosferic Water Generator). Kemudian, mengumpulkan dan memanenkan hujan, desalinasi bertenaga surya, infrastruktur biru-hijau, dan inovasi air berbasis kegiatan pertambangan.

Di akhir pidatonya, Prof. Setyo menyampaikan bahwa diperlukan pengelolaan sumber daya air yang terpadu dengan pendekatan multidisiplin ilmu pengelolaan air yang holistik melalui organisasi dan tata kelola yang berkelanjutan. Selain itu, diperlukan juga dimensi teknis dan inovasi yang selalu diperbarui yang dapat diwujudkan melalui kerja sama riset dan pengembangan para pihak terkait.

Dalam riwayat hidupnya, Prof. Setyo bergabung sebagai dosen FTUI sejak tahun 1985 hingga sekarang. Ia menyelesaikan gelar Insinyur Teknik Penyehatan/Teknik Lingkungan di ITB Bandung (1983). Kemudian pada tahun 1988, ia melanjutkan Diplome d’Études Approfondies, d’Hydrologie Science de l’Eau et Amenagement, di Universite de Montpellier II France. Pada tahun 1992, ia meraih gelar Diplome Docteur d’Hydrologie dari Universite de Montpellier I France. Tercatat 73 publikasi yang terindeks Scopus selama tahun 2017-2021 dengan publikasi terbaru berjudul “Comparative Phosphorus Removal Efficiency from Municipal Wastewater Using Acid Mine Drainage Sludge and Its H2O2Activated form As Adsorbents”.

X