id
id

Ciptakan Ruang Interaksi Manusia dan Burung, Mahasiswa FTUI Juara Internasional Colleges Design Dan Construction Competition 2022

Sembilan mahasiswa Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Indonesia (DA FTUI), merancang ruang transisi yang berfungsi sebagai pemberhentian sementara burung yang bermigrasi sekaligus sebagai tempat interaksi manusia dan burung. Rancangan yang diberi nama Platalea Passage ini memanfaatkan bambu sebagai bahan baku dan merupakan sebuah karya konstruksi dalam harmoni arsitektur.

Platea Passage berhasil meraih Juara 2 pada ajang kompetisi desain internasional The 5th Guangdong-Hongkong-Macao Greater Bay Area-Association of Southeast Asian Nations International Colleges Design and Construction Competition 2022. Kompetisi bergengsi internasional ini diselenggarakan oleh Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik dan Perencanaan (FTP) Universitas Warmadewa dan South China University of Technology pada pertengahan 2022 lalu.

Kesembilan mahasiswa DA FTUI tersebut berasal dari angkatan 2019 dan terdiri dari Annasya Koesty Fadhillah, Az Zahrawaani Al Aryan, Chairunnisa Yasmin Azzahra, Dimas Ananda Setiawan, Fifi Oktiana Suryanti, Ganishtasya Endhys Saputri, Stefanie Aylien Jonatan, Tuhfah Hanifah, dan Zahra Nabillah Salahuddin Putri. Tim maju bertanding dibawah bimbingan dosen Departemen Arsitektur FTUI, Dr. Ferro Yudistira, S.T, M.Ars.

Kompetisi internasional ini mengangkat tema “Half Pavilion”. Para peserta diminta untuk membuat desain setengah paviliun dengan bagian fungsional dan estetis serta memperlihatkan struktur terbuka, seperti bangunan yang dibelah dua. Selain membuat desain yang eksploratif, peserta juga diharapkan membuat desain berupa bentuk dan struktur yang tahan terhadap cuaca dan lingkungan sekitar. Diharapkan dari kompetisi ini akan muncul ide-ide kreatif terkait bentuk dan filosofi yang digunakan serta peserta mampu bereksperimen menciptakan karya konstruksi yang menarik sesuai fungsi, struktur, dan seni yang menyatu dalam harmoni arsitektur.

Desain Platalea Passage berangkat dari keprihatinan tim atas permasalahan lingkungan yang terjadi. Kerusakan yang saat ini dialami banyak tempat di alam, mengakibatkan disrupsi pada pola migrasi beberapa spesies burung, diantaranya burung ibis sendok berwajah hitam. Spesies burung ini termasuk dalam spesies yang terancam punah. Mereka bermigrasi sepanjang tahun dan menghabiskan 90% waktunya untuk beristirahat dan mendapatkan kembali energinya di berbagai lokasi persinggahan yang sayangnya kini telah banyak rusak.

“Salah satu lokasi migrasi beberapa spesies burung adalah Nansha Wetland Park yang terletak di Guangzhou, China. Burung-burung yang bermigrasi disini termasuk spesies langka ibis sendok putih, snipe berkaki panjang bersayap hitam, dan ibis sendok berwajah hitam. Tim mencoba menciptakan ruang arsitektur di Nansha Wetland Park yang berfungsi sebagai tempat persinggahan bagi beberapa spesies burung ini dan sekaligus memberikan ruang pembelajaran bagi manusia sehinga kedepannya dapat meningkatkan kesadaran akan keberadaan spesies yang terancam punah ini. Tim kemudian berupaya membuat ruang transisi yang berfungsi baik dan memungkinkan terjadinya interaksi antara manusia dan burung,” jelas Dr. Ferro Yudistira.

Pada desain Platalea Passage, tim membuat ruang istirahat untuk burung ibis sendok berwajah hitam di dekat air yang memudahkan untuk memantau mangsa dan juga membuat ruang makan di bawah air. Interaksi antara manusia dan burung, diciptakan dengan memasang lampu di bawah jembatan yang berfungsi memikat ikan untuk berkumpul di area tersebut sehingga memudahkan burung untuk dating dan memakannya. Sementara para pengamat burung dapat mengamati perilaku burung dari jarak dekat di tempat yang juga disediakan. Efek lampu ini berkerja lebih baik pada malam hari karena cahaya di bawah jembatan menjadi lebih terang.

“Bentuk interaksi tersebut kemudian dikembangkan dengan menggabungkan sarang burung dan tempat berlindung manusia, dengan tujuan dapat membuat sarang tertutup untuk manusia dan burung untuk singgah. Bentuk ini dibuka untuk memungkinkan sirkulasi manusia, memperluas sudut pandang, dan menyajikan pemandangan sekitar ke segala arah dengan tetap menjaga kemudahan akses bagi burung. Pada bagian bawah dibuat menjadi dua tingkat, tingkat atas didesain naik turun sehingga manusia dapat mengamati kebiasaan sehari-hari burung, yaitu terbang, mendarat, dan makan,” tambah Annasya.

Secara sederhana, Platalea Passage adalah upaya menciptakan desain yang terinspirasi dari dan untuk alam. Bukan sekedar upaya untuk menciptakan bangunan yang ikonik atau indah, melainkan diposisikan untuk menjadi bagian dari alam dan dapat mendukung kebutuhan penghuninya, terutama bagi spesies langka, ibis sendok berwajah hitam. Setiap model yang dirancang terinspirasi oleh siluet burung yang sedang beristirahat.

Dekan FTUI, Prof. Dr. Heri Hermansyah, S.T., M.Eng., IPU., menyampaikan apresiasinya terhadap raihan prestasi mahasiswa DA FTUI ini. “Rancangan karya mahasiswa Arsitektur ini merupakan bentuk nyata mahasiswa FTUI yang kreatif, unggul, dan inovatif melalui rancangan desain yang fungsional dan estetis. Melalui desain Platalea Passage diharapkan dapat menciptakan hubungan yang kuat antara manusia dan burung, serta membuat pengunjung merasakan pengalaman nyata berada di dekat spesies-spesies burung ini. Semoga rancangan desain ini dapat dimanfaatkan serta berguna bagi alam.”

The 5th Guangdong-Hongkong-Macao Greater Bay Area-Association of Southeast Asian Nations International Colleges Design and Construction Competition adalah kompetisi yang dirancang untuk menantang keterampilan mahasiswa, khususnya mahasiswa Arsitektur guna merancang dan membuat desain eksploratif berupa paviliun seni dalam skala 1:1 dengan bahan utama bambu.

***

Biro Komunikasi Publik
Fakultas Teknik Universitas Indonesia

X