Di Indonesia, masih terdapat kesenjangan dalam akses telekomunikasi. Banyak daerah pedesaan yang mengalami masalah “tidak ada sinyal”, sementara daerah perkotaan dapat menikmati teknologi modern yang memberikan manfaat bagi masyarakat. Untuk mengatasi kesenjangan ini, diperlukan suatu framework komprehensif yang mampu menyeimbangkan akses telekomunikasi antara kelompok “kaya” dan “miskin” di daerah perkotaan dan pedesaan dan menjadi acuan pemberian akses universal yang dapat menembus batasan isolasi geografis dan sosial dalam konteks ke-Indonesia-an.
Menyadari hal ini, Anna Christina membawa topik ini ke dalam disertasinya yang berjudul ‘Pengembangan Framework Grid Akses Telekomunikasi Indonesia Menggunakan Model Multi-Stage Statistical Approach (MSSA)’. Dalam penelitiannya, Anna mengembangkan sebuah framework grid telekomunikasi yang khusus dirancang untuk Indonesia. Grid-grid ini dibentuk berdasarkan poligon kecamatan yang memadukan jaringan telekomunikasi dan data sosial ekonomi.
Setiap grid dibangun berdasarkan 55 indikator data empiris yang mencakup aspek-aspek penting seperti kebutuhan sosial ekonomi dan ketersediaan jaringan telekomunikasi. Kemudian, indikator-indikator tersebut dirumuskan menjadi 17 indikator yang mencerminkan dimensi jangkauan sosial ekonomi (kebutuhan) dan jangkauan geografis (ketersediaan jaringan telekomunikasi). Selanjutnya, Anna menggunakan pendekatan statistik yang disebut MSSA untuk menganalisis data secara kuantitatif.
Ia menggunakan lima opsi skenario yang berbeda, yaitu pembobotan 25:75, pembobotan 50:50, pembobotan 75:25, Algoritma K-means Machine Learning, dan Algoritma K-Means Deep Learning. Melalui proses ini, dihasilkan model grid yang membagi wilayah kecamatan menjadi empat kategori berdasarkan tingkat akses telekomunikasi dan kondisi sosial ekonomi. Kategori-kategori tersebut adalah grid #1: kecamatan “binaan”, grid #2: kecamatan “berkembang”, grid #3: kecamatan “maju”, dan grid #4: kecamatan “mandiri”.
Untuk menguji keberhasilan framework grid yang dikembangkannya, Anna melakukan Proof of Concept dengan menggunakan kasus Provinsi DKI Jakarta dan sampel acak sebesar 1% dari populasi Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skenario terbaik adalah skenario 2 dengan pembobotan 50:50, karena memiliki tingkat akurasi tertinggi sebesar 95,5% berdasarkan hasil confusion matrix pada grid #4 yakni kecamatan maju.
Dalam kesimpulannya, Anna mengusulkan agar penggelaran 5G dimulai di kecamatan yang dianggap layak dari segi potensi pasar dan dukungan infrastruktur, yaitu grid #4. Harapannya, dalam waktu yang tidak terlalu lama, penggelaran 5G dapat diperluas sesuai dengan permintaan yang meningkat di lokasi lain. Framework grid yang dikembangkan juga diharapkan dapat menjadi solusi dalam mengatasi disparitas akses telekomunikasi.
Prof. Dr. Heri Hermansyah, S.T., M.Eng., IPU, Dekan Fakultas Teknik UI (FTUI), menyampaikan, “Teknologi telekomunikasi seluler akan terus berkembang seiring berjalannya waktu. Framework hasil penelitian Anna diharapkan dapat membantu penggelaran 5G pada pita 3.5 GHz sekaligus menyelesaikan masalah disparitas akses telekomunikasi di Indonesia.”
Disertasi penelitian mengenai pengembangan framework grid untuk akses telekomunikasi di Indonesia berhasil mengantarkan Anna Christina meraih gelar doktor pada tanggal 8 Juni 2023. Anna tercatat sebagai lulusan doktor ke-155 Departemen Teknik Elektro dan doktor ke-501 Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Sidang terbuka dipimpin oleh Prof. Dr. Ir. Yanuar, M.Eng.,M.Sc dengan promotor Prof. Dr. Ir. Dadang Gunawan, M.Eng., dan ko-promotor Prof. Dr. Muhammad Suryanegara, S.T., M.Sc., IPU. Sementara tim penguji terdiri dari Prof. Dr. Ir. Muhamad Asvial, M.Eng.; Prof. Dr. Ir. Harry Sudibyo S., DEA.; Ajib Setyo Arifin, S.T., M.T., Ph.D.; Ibrahim Kholilul Rohman, M.S.E., Ph.D.; dan Dr. Ir. Ismail, M.T.
***
Biro Komunikasi Publik
Fakultas Teknik Universitas Indonesia