Dalam upaya mendukung target penurunan emisi karbon, Indonesia memiliki langkah strategis melalui pemanfaatan energi panas bumi bersuhu rendah hingga sedang yang dikombinasikan dengan teknologi Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS). Hal ini diungkapkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Lia Putriyana, mahasiswa program Doktor, Departemen Teknik Mesin dari Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI).
Lia menuangkan penelitian dalam disertasinya berjudul “Optimasi Multi-Obyektif Sistem Poligenerasi pada Pemanfaatan Potensi Panas Bumi Temperatur Rendah-Sedang Melalui Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS) di Formasi Sedimen.” Hasil penelitian ini dipresentasikan pada sidang terbuka Promosi Doktor yang dilaksanakan pada Senin (14/10) di Makara 04 Smart Meeting Room, Gedung Dekanat FTUI.
Disertasi ini menyoroti potensi energi panas bumi yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal, terutama di wilayah dengan temperatur rendah hingga sedang. “Energi panas bumi ini dikombinasikan dengan teknologi CCUS, yang berfungsi menangkap dan menyimpan CO2 ke dalam formasi geologi sedimen, sehingga dapat menurunkan emisi karbon secara signifikan. Dengan memanfaatkan formasi geologi berpermeabilitas rendah, teknologi ini memungkinkan pengoperasian pada wilayah yang selama ini tidak dianggap layak secara ekonomis,” jelas Lia.
Penelitian ini diawali dengan inventarisasi potensi lapangan panas bumi bersuhu rendah hingga sedang di Indonesia, dan kemudian dilakukan penilaian terhadap kesesuaian kondisi bawah tanah untuk penerapan CCUS. Dari analisis tersebut, teridentifikasi bahwa lapangan panas bumi Batubini, Sanggala, dan Mengkausar merupakan tiga lokasi yang paling cocok untuk aplikasi teknologi CCUS.
Lia juga memaparkan, “Selain identifikasi lapangan panas bumi, penelitian ini juga menyusun sistem poligenerasi, yang menggabungkan berbagai sumber energi terbarukan untuk berbagai keperluan. Sistem ini mencakup produksi air bersih melalui desalinasi, produksi hidrogen, pendinginan, serta pembangkitan listrik menggunakan siklus biner dan supercritical CO2. Dengan pendekatan ini, energi panas bumi bersuhu rendah-sedang dapat dimanfaatkan lebih maksimal, menghasilkan berbagai produk dengan efisiensi energi yang tinggi.”
Simulasi numerik juga dilakukan untuk salah satu lapangan panas bumi yang dipilih guna mengetahui potensi listrik yang dapat dihasilkan. Analisis sensitivitas dari berbagai parameter kunci dilakukan untuk melihat bagaimana perubahan variabel dapat mempengaruhi biaya produksi listrik, hidrogen, dan air bersih, serta penangkapan CO2.
Dalam penelitian ini, Lia juga melakukan validasi terhadap model desalinasi, produksi hidrogen, pendinginan, serta penangkapan CO2. Semua model divalidasi terhadap hasil eksperimen terdahulu. Penelitian kemudian dilanjutkan dengan optimasi multi-obyektif untuk mengetahui sejauh mana perubahan variabel dapat mempengaruhi biaya rata-rata produksi listrik (LCOE), hidrogen (LCOH), air bersih (LCOFW), dan penangkapan CO2 (LCOCO2).
“Optimasi ini memberikan gambaran tentang cara terbaik untuk meminimalkan biaya sekaligus meningkatkan efisiensi energi. Hasil optimasi menunjukkan bahwa perubahan dalam beberapa parameter dapat mempengaruhi biaya produksi secara signifikan, membuka peluang untuk peningkatan efisiensi lebih lanjut,” pungkasnya.
Penelitian ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk memanfaatkan sumber daya panas bumi bersuhu rendah hingga sedang yang sebelumnya kurang diperhitungkan. Dengan penerapan teknologi CCUS, Indonesia dapat secara efektif mengurangi emisi CO2 sambil memanfaatkan potensi energi terbarukan untuk berbagai kebutuhan energi. Teknologi ini juga dapat memberikan solusi ganda: meningkatkan produksi energi dan mengurangi dampak lingkungan.
Dekan FTUI, Prof. Dr. Ir. Heri Hermansyah, S.T., M.Eng., IPU., menyampaikan bahwa dari penelitian Lia, sistem poligenerasi berbasis panas bumi dan energi terbarukan lainnya dapat memberikan manfaat ekonomi, energi, dan lingkungan yang signifikan. “Sistem ini juga membuka peluang bagi Indonesia untuk memanfaatkan energi terbarukan dalam memenuhi kebutuhan energi domestik, sekaligus mendukung target nasional untuk mengurangi emisi karbon,” kata Prof. Heri.
Disertasi ini, berhasil mengantarkan Lia Putriyana meraih gelar doktor di bidang Ilmu Teknik Mesin dengan predikat sangat memuaskan, IPK 4. Lia tercatat sebagai lulusan doktor ke-109 di Departemen Teknik Mesin dan doktor ke-569 Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Sidang Promosi ini dipimpin oleh Prof. Dr. Ir. Yanuar, M.Sc. dengan promotor Prof. Dr. Ing. Ir. Nasruddin, M.Eng. dan ko-promotor Prof. Dr. Ir. Muhammad Idrus Al Hamid, dan Muhammad Indra Al Irsyad, S.T., M.T. Sementara tim penguji terdiri dari Prof. Dr. Ir. Imansyah Ibnu Hakim, M.Eng.; Dr. Ir. Yunus Daud, M.Sc.; Dr.Ing. Ridho Irwansyah, S.T., M.T.; Dr.Eng. Arnas, S.T., M.T.; dan Dr.Eng. Sholahudin, M.Sc
***
Kantor Komunikasi Publik
Fakultas Teknik Universitas Indonesia