Gas alam merupakan sumber energi yang paling banyak digunakan, sehingga sangat penting untuk menyuplai energi di dunia. Gas alam terdiri dari beberapa gas hidrokarbon dan sekitar 20/30% dari cadangan gas alam diperkirakan bersifat asam karena adannya karbon dioksida didalamnya. Di Indonesia kandungan gas CO2 pada gas alam mencapai 71% ditemukan di Pulau Natuna, yang merupakan salah satu penghasil gas alam di Indonesia.
Kandungan CO2 yang tinggi pada gas alam dapat mengurai daya mesin dan dapat mengurai laju pembakaran gas alam. Selain itu, gas CO2 juga dapat menyebabkan korosi pada perpipaan dan peralatan lainnya. Pemisahan gas CO2 dari CH4 penting dilakukan untuk meminimalisir efek negatif dari gas CO2 yang terkandung pada gas alam. Oleh sebab itu, diperlukan pemisahan gas CO2 pada gas alam sebelum proses distribusi gas agar memenuhi kualitas yang diharapkan.
Hal tersebut memantik, mahasiswa program Doktor Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia (DTK FTUI) untuk meneliti lebih lanjut melalui disertasinya yang berjudul “Pencangkokan Polietilen Glikol Metil Eter Akrilat (PEGMEA) Secara Radiasi pada Selulosa Asetat Untuk Membrane Pemisah Gas CO2/CH4”. Disertasi ini dipresentasikan pada sidang promosi Doktor DTK FTUI, Selasa (18/7/23).
Penelitian Arifina menggunakan teknologi membran untuk menghasilkan konsumsi energi yang rendah. Selain itu, pemilihan selulosa asetat (CA) sebagai material polimer yang digunakan untuk pemisahan gas CO2, menjadi polimer dasar membran yang potensial karena proses fabrikasinnya mudah, ramah lingkungan dan biaya yang lebih ekonomis.
”Penelitian ini bertujuan untuk memodifikasi membrane CA menjadi Fixer Carrier Membrane (FCM) dengan penambahan polietilen glikol (PEG) dan polietilen glikolnmetil eter akrilat (PEGMEA) sebagai zat aktif membrane untuk meningkatkan permeabilitas gas CO2 pada membrane. Produksi membrane CA-PEGMEA dilakukan dengan proses mixing yang dilanjutkan dengan pemberian iradiasi sinar gamma secara simultan agar terjadi kompolimerisasi cangkok antara CA dan PEGMEA, sehingga menambah efesiensi pemisahan gas CO2,” ujar Arifina Febriasari.
Arifina Febriasari lebih jauh mengungkapkan bahwa penelitian ini bisa diaplikasikan pada tekanan yang rendah sehingga tidak membutuhkan biaya yang sangat tinggi dan memiliki membran yang memiliki selektivitas yang tinggi karena dengan adannya PEG dan PEGMEA dapat meningkatkan solubilitas dari CO2 dan selektivitas CO2 terhadap CH4, sehingga tekanan yang dibutuhkan tidak lebih besar dibandingkan dengan yang tanpa modifikasi.
Dekan FTUI, Prof. Dr. Heri Hermansyah, S.T., M.Eng., IPU menyampaikan, “Dengan pengembahan membran berbahan selulosa asetat untuk pemisahan gas CO2 pada gas campuran binner ini, dapat di lihat menghasilkan pemisahan CO2/CH4 yang efektif, sehingga diharapkan kedepannya dapat dikembangkan lebih lanjut agar dapat diaplikasikan di Industri penghasil gas alam, dan dilakukan studi lebih lanjut uji kinerja membrane terhadap pengotor lain pada gas alam selain CO2.”
Arifina Febriasari meraih gelar Doktor dengan IPK sempurna 4,00 dan predikat Cum Laude yang diadakan Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Ia merupakan Doktor ke-66 yang lulus dari Departemen Teknik Kimia dan Doktor ke- 515 di FTUI. Sidang Promosi Doktor ini dipimpin oleh Ketua Sidang, Prof. Dr. Heri Hermansyah, S.T., M.Eng., Dengan promotor, Prof. Ir. Sutrasno Kartohardjono, M.Sc., PhD., dan Ko Promotor, Dr. Ir. Meri Suhartini, M.Si., serta tim penguji Prof. Dr. Ir. Nelson Saksono, M.T., Prof. Dr. Yenny Meliana, S.T., M.T., Dr Eva Fathul Karamah, S.T., M.T., Dr. Ir. Yuliusman, M.Eng.
***
Biro Komunikasi Publik
Fakultas Teknik Universitas Indonesia