Penilaian terhadap karakter fisik sebuah kota baik yang mengacu pada visi tersebut maupun keputusan yang diambil atau tidak disebut fisiognomi. Penilaian tersebut meliputi aspek fisik dan non fisik yang juga berdampak pada perubahannya. Penelitian ini dibahas Mandarin Guntur dalam disertasinya di Program Doktor Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI), yang berjudul “The Architectural History of The Nation’s Capital City and Tropicality of The Post-Colonial Era in Indonesia through Urban Physiognomy”.
Disertasi ini dipresentasikan pada sidang Promosi Doktor FTUI yang dilaksanakan pada Jumat (5/1) di Smart Classroom, Gedung GK FTUI. Dalam disertasi ini, Mandarin Guntur mencoba mengungkapkan aspek fisiognomi secara empiris dari pemimpin bangsa dalam rencana pemindahan dan pengembangan IKN di Indonesia era pasca kolonial, serta sejauh mana fisiognimi memiliki peran yang berdampak pada artikulasi tropikalitas dalam sejarah arsitektur kota IKN.
”Rencana pemindahan Ibukota Negara (IKN) Republik Indonesia tidak hanya terjadi satu kali. Pada era kepemimpinan Soekarno, Soeharto, serta Susilo Bambang Yudhoyono, ketiganya pernah berencana memindahkan IKN ke luar Jakarta. Namun, rencana tersebut gagal terlaksana. Alasannya beragam, di antaranya akibat situasi politik dalam negeri yang tidak stabil, kondisi keuangan yang parah, terjadi konflik dengan negara tetangga, terjadinya reformasi politik dan ekonomi, hingga dinamika politik yang keras,” papar Mandarin Guntur.
Dalam konteks Arsitektur Kota, kelahiran dari suatu tempat menandai adanya suatu proses perubahan yaitu berakhirnya suatu identitas kota yang lama dan memunculkan suatu identitas kota yang baru. Proses perubahan ini tentunya melibatkan berbagai aspek seperti sejarah, sosial, politik ekonomi, dan lain-lain. Dalam konteks politik, hal ini melibatkan kekuasaan dari pemegangnya. Keputusan yang dibuat oleh pemegang kekuasaan didasarkan atas visi yang dibangung tentang masa depan dan kemampuan untuk membuat perencanaan, aplikasi perwujudan nyata atas visi tersebut.
Dalam sidang promosi doktor ini, turut hadir pula Drs. Alue Dohong, M.Sc, Ph.D, Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Pada sambutan diakhir acara, beliau menuturkan, “Salah satu yang menarik perhatian saya adalah presentasi disertasi ini berhubungan dengan IKN. Hal ini merupakan suatu yang baru yang mungkin akan berdampak terhadap pembangunan IKN yang memiliki visi smart forest and sustainable city.”
Dekan FTUI, Prof. Dr. Heri Hermansyah, S.T., M.Eng., IPU menyampaikan, “Penelitian ini memberikan wawasan yang berharga tentang bagaimana keputusan politik dan kebijakan pemindahan IKN selama beberapa kepemimpinan dapat tercermin melalui perubahan karakter fisik kota. Melalui analisis fisiognomi, disertasi ini membuka ruang pemahaman yang mendalam terhadap dinamika politik, ekonomi, dan sosial yang membentuk wajah baru Ibukota Negara. Keputusan pemindahan IKN pada masa lalu yang tidak terwujud menggambarkan kompleksitas tantangan dalam mewujudkan visi masa depan.”
Melalui disertasi ini, Mandarin Guntur berhasil meraih gelar Doktor dengan predikat Sangat Memuaskan. Ia merupakan Doktor ke-21 yang lulus dari Departemen Arsitektur dan Doktor ke-526 di Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Sidang promosi doktor ini dipimpin Ketua Sidang, Prof. Dr. Ir. Yanuar, M.Eng., M.Sc., dengan Promotor, Prof. Kemas Ridwan Kurniawan, S.T., M.Sc., Ph.D., dan Ko-Promotor, Dr.Ing. Ir. Dalhar Susanto. Tim Penguji terdiri dari Prof. Ir. Antony Sihombing, MPD, Ph.D., Prof Manneke Budiman, S.S., M.A., Ph.D., Dr. Ing Yulia Nurliani Harahap, S.T., M.Des.S., Dr. Ir. Toga H. Panjaitan A.A. Grad. Dipl., dan Prof Jiat Hwee Chang yang hadir secara daring.
***
Kantor Komunikasi Publik
Fakultas Teknik Universitas Indonesia