Beberapa wilayah di Indonesia merupakan kawasan yang kaya akan sumber daya pasir silika, di antaranya di Kalimantan Barat, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan. Silika dan turunannya biasanya dipergunakan dalam industri kimia, semen, membuat kaca, membuat keramik, refraktori, foundry, sandblastnn, resin coated sand, dan water treatment. Dengan potensi silika yang dimiliki itu, pemanfaatan dan pengembangan bahan baku silika menjadi kunci pentng bagi masa depan industri silika di tanah air.
Universitas Indonesia (UI) melalui Fakultas Teknik (FT) menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) guna mendukung dan mendorong sinergi antar berbagai pemangku kepentngan silika, termasuk pemerintah, industri, akademisi, penelit, dan asosiasi. Diharapkan FGD yang bertajuk “The Future of Silica: Innovatons and Trends in Its Use” ini, dapat membentuk chemistry antara berbagai pemangku kepentngan untuk menghasilkan mekanisme dan kebijakan dalam mewujudkan kemandirian industri silika Indonesia.
Pada pidato sambutan acara itu, Ketua Departemen Teknik Kimia FTUI, Dr. Bambang Heru Susanto mengungkapkan, “FGD ini mempertemukan berbagai stakeholders silika tanah air, baik dari pemerintah (diwakili oleh Kementerian Perindustrian (kemenperin)), industri, akademisi, penelit, dan asosiasi. Harapannya adalah acara ini dapat menjadi ttk awal bagi kolaborasi yang erat dalam menghadapi tantangan dan mencapai kemajuan di dunia industri silika.”
Beberapa hasil inovasi penelitan anak bangsa turut dipaparkan dalam FGD ini, antara lain keberhasilan Dr. Agus Ismail, saat malakukan penelitan doktoral di Departemen Teknik Kimia (DTK) FTUI yang berhasil mengembangkan pasir silika asal Lampung menjadi produk. Beberapa produk yang dihasilkan, antara lain natrium (sodium) silikat, nano silika dan akhirnya menjadi bitumen ant air berbasis nano silika superhidrofobik. Produk ini dapat dimanfaatkan sebagai aspal jalan raya yang tahan air sehingga tdak mudah berlubang.
Sementara itu, beberapa inovasi lainnya dikembangkan oleh Dr. Murni Handayani, penelit Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan bitumen ant basah, nano paint, material nano, dan penyimpan energi (baterai). Inovasi lain juga disampaikan oleh Pertamina Research, Technology, and Innovaton (RTI), yaitu memanfaatkan silika sebagai produk samping dari energi geotermal (brine neothermal), mengubahnya menjadi natrium silikat yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan ban, bahan perekat, cat tahan api, pembuatan keramik, dan pembersih logam.
Sebagai penanggung jawab FGD ini, Prof. Praswast PDK Wulan, menekankan pada pentngnya inovasi dalam memproduksi silika dan turunannya bagi masa depan silika di Indonesia. Inovasi ini diharapkan dapat mengatasi tantangan besar di dunia silika, khususnya kekosongan produk silika intermediate. Hasil penelitan yang dipaparkan membuktkan bahwa Indonesia mampu untuk mandiri di industri silika dan turunannya.
Meskipun tantangan hilirisasi komoditas silika melibatkan infrastruktur, teknologi, bahan baku, SDM, biaya, pemasaran, perizinan, dan regulasi, para pelaku industri berharap bahwa bahan baku yang sebagian besar masih diimpor bisa diproduksi di dalam negeri dengan spesifkasi yang sesuai dengan kebutuhan industri dan harga yang bersaing. Hal ini akan mewujudkan kemandirian nasional di bidang silika dan turunannya serta meningkatkan nilai tambah silika.
Dekan FTUI, Prof. Dr. Heri Hermansyah, S.T., M.Eng., IPU., mengatakan, ”Manfaat kemandirian pemanfaatan silika di Indonesia menjadi sorotan utama pada FGD ini. Dengan memproduksi silika dan turunannya secara mandiri, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada impor bahan baku silika. Ini tdak hanya memberikan keuntungan ekonomi melalui pengurangan pengeluaran devisa, tetapi juga meningkatkan ketahanan industri dalam menghadapi fluktuasi pasar internasional. Kemandirian ini juga membuka peluang untuk mengoptmalkan pemanfaatan sumber daya alam Indonesia, menciptakan lapangan kerja lokal, dan meningkatkan nilai tambah industri di dalam negeri.”
FGD yang diselenggarakan pada Selasa (12/12) ini, digagas oleh Unit Pelayanan Pada Masyarakat (UPPM) DTK FTUI di bawah pimpinan Riezqa Andika, ST, Ph.D. Turut hadir dalam diskusi tersebut Pendiri dan Ketua Perkumpulan Pertambangan dan Industri Silika Indonesia (PERTAMISI), Dr. Raden Sukhyar; Direktur Industri Semen, Keramik dan Pengolahan Barang Galian Nonlogam, Kementerian Perindustrian Wiwik Pudjiastut; para pelaku usaha di industri keramik dan granit (PT. Arwana Citra Mulia Tbk dan PT. Asri Pancawarna), industri kaca (PT. Mulia Glass), industri ban (PT Suryaraya Rubberindo Industries), PT NOK Indonesia, PT BAT (Benteng Api Technic), dan PT SIG (Semen Indonesia Gresik), dan mewakili akademisi sekaligus sebagai moderator Guru Besar DTK FTUI Prof. Abdul Wahid dan salah seorang dosen di DTK FTUI Dr. Intan Clarissa Sophiana.
***
Kantor Komunikasi Publik
Fakultas Teknik Universitas Indonesia