enid
enid

FTUI dan UMRAH Jalin Kolaborasi Strategis untuk Pemetaan Warisan Tak Benda di Tanjungpinang 

Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) resmi menjalin kerja sama dengan Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) melalui penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) pada Jumat (17/10). Kolaborasi ini menandai langkah strategis dalam penguatan pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi, khususnya dalam pelestarian dan pemetaan warisan budaya tak benda (WBTB) di wilayah Tanjungpinang, Kepulauan Riau. 

PKS ini melibatkan empat fakultas dari UMRAH: Fakultas Teknik dan Teknologi Kemaritiman (FTTK), Fakultas Ekonomi dan Bisnis Maritim (FEBM), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), serta Program Pascasarjana; dengan Fakultas Teknik UI sebagai mitra utama. Penandatanganan dilakukan oleh Dekan FTUI Prof. Kemas Ridwan Kurniawan, Ph.D., Dekan FTTK UMRAH Martaleli Bettiza, M.Sc., Dekan FKIP Ahada Wahyusari, M.Pd., dan Dekan FEBM Dr. Myrna Sofia. 

Kolaborasi Internasional dalam Pelestarian Budaya 

Implementasi awal kerja sama ini akan diwujudkan melalui kegiatan berskala internasional bertajuk International Workshop on Historic Urban Landscape (HUL): Mapping Intangible Heritage yang akan diselenggarakan di Tanjungpinang pada 30 November–4 Desember 2025. 

Workshop ini melibatkan beberapa institusi nasional dan internasional, yaitu Universitas Indonesia, Universitas Trisakti, IPB University, Universitas Brawijaya, Cultural Heritage Agency of the Netherlands, dan Heritage Hands On. 

Prof. Kemas menyampaikan bahwa kerja sama ini menjadi bagian dari komitmen FTUI untuk mendorong kolaborasi multidisiplin yang relevan dengan kebutuhan pelestarian budaya di Indonesia. 

“Melalui kerja sama ini, FTUI ingin berkontribusi tidak hanya dalam aspek teknis pemetaan, tetapi juga dalam membangun pendekatan multidisiplin yang memadukan teknologi, ekonomi, dan nilai-nilai sosial. Pemetaan warisan tak benda bukan sekadar kegiatan akademik, tetapi wujud tanggung jawab perguruan tinggi dalam menjaga identitas dan keberlanjutan budaya bangsa,” ujar Prof. Kemas . 

Lebih lanjut, Prof. Kemas menekankan pentingnya keterlibatan lintas bidang dari UMRAH. “Kami sangat terbuka terhadap kolaborasi dosen dan mahasiswa dari berbagai latar belakang, termasuk ekonomi dan pendidikan, karena pelestarian warisan tak benda juga berkaitan erat dengan keberlanjutan sosial dan kesejahteraan masyarakat lokal,” tambahnya. 

Pulau Penyengat dan Kota Lama Tanjungpinang Jadi Lokus Utama 

Sebagai langkah awal, kegiatan survei lapangan telah dilakukan di dua kawasan bersejarah yang menjadi lokus utama workshop, yaitu Kawasan Cagar Budaya Nasional Pulau Penyengat dan Kawasan Pecinan Kolonial Kota Lama Tanjungpinang. 

Survei dilakukan oleh Prof. Kemas Ridwan Kurniawan bersama Manajer Kerja Sama FTUI Dr. Muhamad Sahlan, tim dosen UMRAH, dan sejarawan Kepulauan Riau, Aswandi Syahri. Tim meninjau berbagai situs bersejarah, seperti Masjid Raya Sultan Riau, Kompleks Makam Engku Putri Raja Hamidah, dan Istana Kantor, untuk mengidentifikasi nilai-nilai tak benda yang melekat pada ruang-ruang tersebut. 

Dalam sesi diskusi, Wakil Direktur Akademik Pascasarjana UMRAH Dr. Anastasia Wiwik Swastiwi juga memaparkan data warisan budaya tak benda Kepulauan Riau yang telah dikategorikan dalam Kerangka Objek Pemajuan Kebudayaan, sebagai dasar konseptual dalam pemetaan. 

Dekan Fakultas Teknik dan Teknologi Kemaritiman (FTTK) UMRAH, Martaleli Bettiza, M.Sc., menyambut baik kolaborasi ini dan menilai bahwa kehadiran FTUI memberikan nilai tambah yang besar dalam penguatan kapasitas akademik dan riset di UMRAH. 

“Kami sangat berterima kasih atas dukungan FTUI yang menghadirkan perspektif baru dalam pelestarian warisan budaya melalui pendekatan ilmiah dan teknologi. Kolaborasi ini akan menjadi tonggak penting bagi UMRAH dalam mengembangkan penelitian dan pengabdian masyarakat yang berbasis maritim dan budaya lokal,” ungkap Martaleli. 

Melalui kolaborasi ini, FTUI dan UMRAH berkomitmen untuk menjadikan pelestarian warisan budaya sebagai bagian dari inovasi akademik yang berdampak sosial. Pendekatan Historic Urban Landscape (HUL) yang digunakan dalam program ini memungkinkan para akademisi dan mahasiswa melihat warisan budaya secara utuh, tidak hanya dari sisi fisik, tetapi juga narasi, praktik sosial, dan nilai-nilai masyarakat yang melekat di dalamnya. 

“Pendekatan HUL memberikan cara pandang baru terhadap warisan budaya: tidak terpisah antara bangunan dan manusianya. Kolaborasi ini diharapkan menjadi contoh nyata bagaimana universitas dapat menjadi agen perubahan dalam menjaga dan menghidupkan kembali nilai-nilai budaya bangsa,” tutup Prof. Kemas. 

 

*** 

Kantor Komunikasi Publik 

Fakultas Teknik Universitas Indonesia 

X