id
id

Guru Besar FTUI Kaji Tantangan Dan Peluang Keberlanjutan Produk Plastik Di Indonesia

Rektor Universitas Indonesia (UI), Prof. Ari Kuncoro, S.E., M.A., Ph.D., mengukuhkan Prof. Dr. Ir. Mochamad Chalid, S.Si., M. Eng. sebagai Guru Besar Tetap dalam bidang Teknologi Polimer, Departemen Teknik Metalurgi dan Material (DTMM), Fakultas Teknik (FT) Universitas Indonesia (UI), pada Rabu (20/9), di Balai Sidang UI Kampus Depok. Pengukuhan tersebut dilaksanakan setelah Prof. Chalid menyampaikan orasi ilmiahnya yang berjudul “Tantangan dan Peluang Keberlanjutan Produk Plastik di Indonesia”.

Dalam pidatonya, Prof. Chalid menyebut bahwa terjadi peningkatan jumlah konsumsi plastik di Indonesia. Konsumsi plastik perkapita Indonesia meningkat dari 19,8 kg/orang/tahun pada 2017 menjadi 22,5 kg/orang/tahun pada 2022. Angka tersebut masih terbilang kecil jika dibandingkan Jerman yang mencapai 95,8 kg/orang/tahun. Meski demikian, Indonesia masih belum mampu mengelola sampah plastik menjadi produk yang memiliki nilai jual dan manfaat.

Menurutnya, penumpukan sampah plastik disebabkan oleh kebiasaan masyarakat yang belum terlepas dari pola penggunaan kemasan. Dahulu, orang menggunakan dedaunan, kayu, bahkan kulit hewan sebagai kemasan alami. Karena bahan kemasan tersebut memiliki keterbatasan penggunaan, pengembangan desain produk dilakukan dengan membuat kemasan (kantong) kertas berbahan baku kayu. Meski dapat terurai di alam, produksi kemasan kertas meningkat sejalan dengan ledakan populasi yang berdampak pada isu bio konservasi alam.

Akhirnya, pada 1959, permasalahan tersebut tersolusikan dengan ditemukannya kemasan kantong plastik yang ringan dan dapat dipakai ulang. Kemasan plastik berbahan baku minyak dan gas bumi ini diproduksi dengan kebutuhan air dan energi manufaktur yang lebih rendah jika dibandingkan kertas. Sayangnya, akibat budaya pengguna yang masih sama dengan pola penggunaan produk kemasan alami, masyarakat kini dihadapkan pada permasalahan tumpukan sampah plastik.

“Tantangan kita saat ini adalah mengubah cara pandang atau paradigma konsumen dan semua pihak terkait bahwa ketika kita beralih ke kemasan plastik, artinya sampah plastik harus diguna-ulang dan atau didaur- ulang,” ujar Prof. Chalid.

Ia mengatakan bahwa untuk menjawab tantangan tersebut, diperlukan solusi yang integratif dan berkelanjutan. Keterlibatan aspek ekonomi menjadi unsur kunci keberlanjutan pengembalian sampah plastik pada siklus materialnya, yang dikenal sebagai prinsip ekonomi sirkular. Prinsip ini menyiratkan pada pemberdayaan masyarakat, edukasi, teknologi, bisnis, ekonomi, dan regulasi sebagai faktor kunci. Oleh karena itu, upaya pergeseran paradigma dari ekonomi linier ke ekonomi sirkular adalah suatu kemestian.

Prinsip ekonomi sirkular menyiratkan keterlibatan masyarakat yang didukung lembaga sosial masyarakat (LSM) dalam pengumpulan dan pemilahan sampah plastik sebagai komoditas, dan pengusaha daur ulang dalam suatu ekosistem. Keberlanjutan asas ini dilakukan melalui keterlibatan produsen produk plastik dalam program Extended Producer Responsibility (EPR) yang pengelolaan daur ulang sampah produknya

dilakukan oleh pelaku daur ulang dengan daya dukung masyarakat. Ekosistem tersebut harus dijamin keberlanjutannya oleh Pemerintah Pusat/Daerah sebagai pemegang dan pengontrol kebijakan.

Pemerintah juga diharapkan melakukan langkah penting dan strategis, misalnya dengan memberikan insentif fiskal melalui pembebasan cukai plastik dan pemberlakuan tax allowance, seperti yang diberlakukan pada produk kemasan lainnya. Kebijakan ini akan memberikan daya dorong keberlanjutan ekosistem daur ulang plastik di Indonesia yang berujung pada pengurangan sampah di hilir, bahkan di hulu.

Selain itu, keberlanjutan tata kelola sampah plastik memerlukan Pusat Kajian Tata Kelola Sampah/Limbah yang melibatkan akademisi dan peneliti sebagai pengembang, serta LSM, asosiasi produsen, hingga pelaku daur ulang, dan pemerintah sebagai pelaksana dan evaluator. Salah satu elemen kunci dalam keberlanjutan tata kelola sampah plastik adalah teknologi tepat guna yang adaptif terhadap kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya Indonesia. Teknologi produk polimer memiliki peluang yang sangat besar yang berorientasi pada pencegahan dan penangangan sampah plastik.

Prof. Dr. Heri Hermansyah, S.T., M.Eng., IPU., ditemui pada upacara pengukuhan mengungkapkan, ”Kajian Prof. Chalid tentang tantangan dan peluang keberlanjutan produk plastik di Indonesia adalah langkah yang sangat penting dalam menghadapi isu lingkungan yang semakin mendesak. Dalam pidatonya, beliau dapat dengan cemerlang menguraikan kompleksitas permasalahan plastik di Indonesia dan mengidentifikasi solusi yang dapat mengarah pada pengelolaan plastik yang lebih berkelanjutan. Semoga kedepannya penelitian Prof. Chalid dapat menjadi landasan penting dalam mencari solusi yang berkelanjutan bagi tantangan yang dihadapi oleh negara kita terkait produk plastik.”

Penelitian terkait pengelolaan sampah plastik ini merupakan satu dari sekian banyak penelitian yang dilakukan oleh Prof. Chalid. Beberapa penelitiannya, antara lain Rheological and Self-Healing Behavior of Hydrogels Synthesized from l-Lysine-Functionalized Alginate Dialdehyde (2023); Effect of PEG Incorporation on Physico-chemical and in vitro Degradation of PLLA/PDLLA Blends: Application in Biodegradable Implants (2023); dan Novel In Situ Modification for Thermoplastic Starch Preparation based on Arenga Pinnata Palm Starch (2022).

Prof. Dr. Ir. Mochamad Chalid, S.Si., M. Eng. menamatkan pendidikan S1 Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UI pada 1996; S2 Polymer Engineering, Technische Universiteit Delft (TU-Delft), Belanda pada 2001; S3 Polymer Product Technology, Rijk Universiteit Groningen (RUG), Belanda tahun 2012; dan Program Profesi Insinyur, FTUI tahun 2023. Saat ini, ia menjabat sebagai Kepala Center for Sustainability & Waste Management (CSWM)–UI; Majelis Penilai Program Profesi Insinyur RPL–FTUI; Editorial Advisory Board Makara Journal of Technology–UI; dan Ka–Lab Kimia Material, DTMM FTUI.

Prosesi pengukuhan guru besar Prof. Chalid turut dihadiri oleh Kepala Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Prof. Dr. Ratno Nuryadi; Guru Besar Universitas Sumatra Utara, Prof. Basuki Wirjosentono, M.S., Ph.D.; Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI, Dra. Rita Endang, Apt., M.Kes.; Ketua Umum, Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (Inaplas), Suhat Miyarso; Presiden Direktur PT Polytama Propindo, Didik Susilo; Corporate Sustainability Director, PT Tirta Fresindo Jaya, Ronald Atmadja; Director for Legal, External Affairs and Circular Economy, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk., Edi Rivai; Direktur Utama, PT Yogya PresisiTeknikatama Industri, Petrus Tedja Hapsoro; Pengurus Inti Asosiasi Produsen Air Minum Kemasan Nasional, Idham Arsyad; Perwakilan Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI) & Aliansi Ekonomi Sirkular Indonesia (AESI), Sharon Rose; Business Owner Ligo Group, Nicholas Lie; dan Marketing & Sales Director PT Polytama Propindo, Ferry Tanumihardja.

***

Biro Komunikasi Publik
Fakultas Teknik Universitas Indonesia

X