House of Modular, Instant, and Economic (HOMIE), konsep desain rumah ramah lingkungan Berbasis Green Material rancangan tiga Mahasiswa Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Indonesia (DTSL FTUI) berhasil menjuarai kompetisi esai yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Trisakti, Civil Engineering Trisakti in Action (CETA) 2022. Tim FTUI meraih Juara 2 pada kategori subtema esai Penerapan Material Ramah Lingkungan Dan Material Pelaksanaan Konstruksi Ramah Lingkungan Pada Bangunan Rumah Tinggal.
Juan Fidel Ferdani (Teknik Sipil 2019), Elgrytha Victoria Tybeyuliana (Teknik Lingkungan 2019), dan Nada Laili Nurfadhilah (Teknik Lingkungan 2019) membuat konsep desain inovatif yang ramah lingkungan tersebut di bawah bimbingan dosen DSTL FTUI, Dr. Nyoman Suwartha, ST., MT., MAgr. Konsep desain rumah ramah lingkungan tersebut berangkat dari masih banyaknya permasalahan penerapan metode konstruksi konvensional yang memakan waktu lebih lama karena efisiensi yang rendah dan konsumsi energi global. Data Global Alliance for Buildings and Construction (2021) menunjukkan bahwa sektor konstruksi bertanggung jawab atas 37% emisi karbon dioksida dan 36% konsumsi energi global.
“HOMIE merupakan konsep rumah baru yang ramah lingkungan. Konsep rumah ini terinspirasi dari permainan anak-anak, yaitu lego. Konsep lego direpresentasikan melalui penerapan metode konstruksi modular dalam proses pembangunannya. Berbeda dengan metode konstruksi konvensional, metode konstruksi modular tidak melakukan pembangunan struktur pada lokasi konstruksi secara langsung, tetapi membuat komponen-komponen struktur modular secara terpisah (offsite) pada pabrik fabrikasi. Dengan demikian, konsep HOMIE dapat menjadi solusi terhadap permasalahan metode konstruksi konvensional di Indonesia,” kata Juan.
Dengan menggantikan metode konstruksi konvensional, HOMIE menerapkan metode konstruksi modular yang lebih cepat, murah, dan ramah lingkungan. Berdasarkan hasil kalkulasi tim, biaya konstruksi rumah HOMIE bisa ditekan hingga tiga kali lebih murah dibandingkan biaya konstruksi rumah konvensional pada umumnya. Selain itu, penggunaan green material berupa limbah kaca sebagai substitusi parsial semen pada beton dapat mengurangi produksi dan penggunaan semen sehingga berpotensi mengurangi emisi karbon yang dihasilkan saat proses produksi semen.
“Semen yang merupakan salah satu komponen utama beton pada material konstruksi merupakan salah satu material yang berdampak buruk pada lingkungan. Pada konstruksi HOMIE, tim FTUI menggunakan green material berupa limbah kaca sebagai substitusi parsial semen dalam pembuatan beton bertulang. Berdasarkan hasil pengujian kuat tekan, kami temukan bahwa menggunakan komposisi susbtitusi limbah kaca sebesar 20%, beton yang dihasilkan dapat mencapai kuat tekan hingga 60 Mpa dalam waktu 365 hari. 13,2% lebih kuat dibandingkan dengan beton normal tanpa substitusi,” ujar Dr. Nyoman Suwartha menjelaskan.
Dekan FTUI, Prof. Dr. Heri Hermansyah, ST., M.Eng., IPU menyampaikan harapannya terhadap aplikasi HOMIE kedepannya. “Di tengah segala keterbatasan, inovasi HOMIE dapat menjadi solusi yang aplikatif dalam mengatasi permasalahan sektor konstruksi di Indonesia. Dengan menggantikan metode konstruksi konvensional, HOMIE menerapkan metode konstruksi modular yang lebih cepat, murah, serta ramah lingkungan. HOMIE dapat menjadi alternatif solusi penyediaan rumah layak huni yang lebih terjangkau. HOMIE juga memberikan solusi efektif dan implementatif, yaitu penerapan metode konstruksi modular untuk menyediakan hunian layak huni untuk ikut serta mewujudkan target SDGs poin 11 dan 13 di Indonesia.”
***
Biro Komunikasi Publik
Fakultas Teknik Universitas Indonesia