Keprihatinan akan terus menyusutnya jumlah rumah adat di berbagai daerah akibat modernisasi memunculkan upaya pelestarian dari Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) untuk menyelenggarakan Ekskursi Arsitektur UI 2023: Tanah Karo. Pameran “Membangun Jabu, Rajut Kebersamaan” ini menampilkan dokumentasi arsitektur vernakular di Tanah Karo, yang berfokus pada rumah adat Karo bernama Siwaluh Jabu. Selain foto dokumentasi, pameran yang berlangsung dari 8-21 Januari 2024 ini juga memamerkan maket Siwaluh Jabu dengan berbagai tipe.
Daniella Eleora, Ketua Pelaksana Ekskursi, menyatakan bahwa kekayaan pengetahuan dan budaya dalam arsitektur tradisional sering diabaikan. Penggantian rumah adat dengan bangunan modern semakin sulit dibendung, dan banyak rumah adat yang masih bertahan mengalami kerusakan. “Sayangnya, banyak yang tidak peduli dan hanya melihat rumah adat sebagai bangunan biasa. Padahal, rumah adat memiliki peran penting bagi kehidupan masa depan,” ujarnya.
Daniella mengungkapkan bahwa arsitektur tradisional dapat menjadi solusi untuk kebutuhan teknologi hunian di masa depan. Beberapa rumah adat, contohnya, telah mengadopsi sistem pendinginan pasif dengan mengatur ukuran jendela atau sirkulasi udara, menciptakan lingkungan dalam yang nyaman tanpa perlu mesin pendingin. Selain itu, fondasi kayu dengan sistem pasak pada banyak rumah adat dapat mengurangi kerusakan saat terjadi gempa.
“Rumah tradisional sejatinya menerapkan prinsip arsitektur berkelanjutan, namun banyak yang salah kaprah menganggap berkelanjutan harus bersifat modern. Untuk maju ke depan, kita perlu belajar dari masa lalu,” tambahnya. Daniella berharap agar lebih banyak pihak peduli terhadap pelestarian rumah adat Nusantara, yang bukan hanya sebagai warisan arsitektur tetapi juga sebagai kekayaan budaya yang harus dijaga agar tidak punah.
Ekskursi di Tanah Karo dilakukan di Desa Dokan dan Desa Pangambatan, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, pada Juli-Agustus 2023 lalu. Dari pelaksanaan tersebut, tim Ekskursi kemudian berhasil mengidentifikasi beberapa perubahan pada komponen bangunan dan penggunaan rumah adat. Salah satunya ialah penggantian atap Siwaluh Jabu dari ijuk menjadi seng.
Selain itu, kondisi di dalam rumah panggung telah ditambahkan sekat, namun struktur dinding dan atap masih mempertahankan orisinalitasnya. Perubahan juga terjadi pada penggunaan rumah adat yang awalnya digunakan untuk delapan keluarga, kini hanya ditinggali oleh empat keluarga.
“Dengan berlangsungnya pameran ini, kami berharap lebih banyak pihak tergerak untuk melestarikan rumah adat. Ini adalah bagian dari kekayaan budaya yang seharusnya kita jaga bersama,” tutup Daniella.
Pada kesempatan terpisah, Dekan FTUI, Prof. Dr. Ir. Heri Hermansyah, ST., M.Eng., IPU memberikan tanggapan positif atas terselenggaranya kegiatan ini, “Kami sangat mengapresiasi kegiatan Ekskursi 2023: Tanah Karo yang dilaksanakan oleh Departemen Arsitektur. Pemahaman dan kepedulian terhadap rumah adat Nusantara tidak hanya memberikan nilai di bidang arsitektur, tetapi juga merupakan upaya nyata untuk menjaga keberagaman budaya dan warisan leluhur. Kegiatan ini menjadi salah satu bentuk komitmen FTUI dalam menjaga warisan budaya, salah satunya melalui arsitektur tradisional.”
Pameran “Membangun Jabu, Rajut Kebersamaan” tidak hanya menarik perhatian dari kalangan arsitek dan komunitas masyarakat Karo, namun juga mendapat apresiasi dari pengunjung pameran sebagai salah satu cara untuk memperkenalkan budaya bangsa. Ekskursi merupakan bagian dari program tahunan Departemen Arsitektur, FTUI, yang telah berlangsung sejak 1965. Program ini bertujuan untuk mendokumentasikan arsitektur vernakular Indonesia yang nantinya diolah menjadi buku, film, dan media lainnya.
***
Kantor Komunikasi Publik
Fakultas Teknik Universitas Indonesia