Alivanza Firdaus, Ayu Anya, dan Ridjky Tegar Perkasa mahasiswa Departemen Teknik Industri (DTI) angkatan 2020 raih Juara 3 pada Bisnis Case Competition (BCC) LSCAMP Institut Teknologi Surabaya (ITS). BCC LSCAMP ITS 2022 merupakan kompetisi untuk menyelesaikan masalah bisnis dalam ranah pariwisata di kawasan Jawa Timur. Kompetisi ini dilaksanakan dalam rentang waktu Juli-Agustus 2022.
Alivanza Firdaus, Ayu Anya, Ridjky Tegar Perkasa tergabung dalam Tim Danau Tamblingan. Pada kompetisi ini, Tim Danau Tamblingan memecahkan kasus bisnis pariwisata di Desa Wisata Sukobhatik, Jawa Timur. Desa Wisata Sukobhatik merupakan desa wisata yang berfokus pada penjualan komoditas batik tulis sebagai sumber pendapatan utama mereka. Selain produksi batik tulis, desa tersebut juga menawarkan paket wisata lainnya, seperti wisata tubing dan ziarah sunan. Desa tersebut juga menyediakan akomodasi infrastruktur berupa rumah yang dijadikan penginapan bagi para wisatawan. Namun, desa wisata tersebut memiliki berbagai permasalahan dalam mempertahankan eksistensinya.
Masalah ini disebabkan oleh kendala dari segi kesiapan pengelola desa wisata, kedatangan wisatawan, dan kepuasan wisatawan. Berdasarkan hasil analisis Tim Danau Tamblingan, terlihat bahwa Desa Wisata Sukobhatik kini menghadapi sejumlah masalah akibat situasi internal dan eksternal yang kurang mendukung. Akibatnya, perkembangan Desa Wisata Sukobhatik tidak dapat berjalan secara berkelanjutan.
“Kami menggunakan analisis VRIO (valuable, rare, inimitable, organized) untuk meneliti keadaan internal desa Sukobhatik. Dari analisis ditemukan hasil bahwa hampir semua aspek desa ini masih memerlukan perbaikan. Satu-satunya aspek yang memiliki keunggulan kompetitif berkelanjutan adalah daya tarik desa yang ditunjukkan dengan adanya beragam obyek wisata yang telah dikelola,” kata Ayu.
“Keadaan eksternal Desa Wisata Sukobhatik dilakukan menggunakan analisis PESTEL dan Porter’s Five Forces. PESTEL digunakan untuk menganalisis faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan Desa Wisata Sukobathik, yakni politik, ekonomi, sosial, teknologi, legalitas, dan lingkungan (enviromental), sedangkan Porter’s Five Forces digunakan untuk menganalisis persaingan yang dirasakan oleh Desa Wisata Sukobathik. Dari analisis tersebut ditemukan hasil bahwa tingkat persaingan dari Desa Wisata Sukobathik (competitive rivalry) cenderung rendah,” lanjut Ridjky.
Tim juga melakukan analisis lanjutan, yaitu analisis pemangku kepentingan dengan memetakan pengaruh (power) dan kepentingan (interest) masing-masing pemangku kepentingan. Terdapat tujuh pemangku kepentingan yang perlu dipertimbangkan dalam menjalankan roda pariwisata di Desa Wisata Sukobhatik, yaitu pemerintah pusat, pemerintah daerah, pemerintah Desa Wisata Sukobhatik, agen wisata, BUMDes Sukobathik, pengrajin batik, dan masyarakat desa Sukobathik. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa perhatian lebih harus diberikan kepada Pemerintah Desa Sukobathik dan BUMDes Sukobathik, selain komunikasi dengan pemangku kepentingan lainnya terutama masyarakat desa, pengrajin batik, dan pemerintah daerah.
“Setelah melakukan analisis, kami merumuskan tiga solusi untuk mengatasi masalah yang dihadapi Desa Wisata Sukobathik. Strategi ini menjawab masalah dari tiga aspek, yakni kesiapan pengelola desa wisata, kedatangan wisatawan, dan kepuasan wisatawan. Strategi tersebut antara lain perbaikan tata kelola melalui kemitraan strategis untuk menciptakan nilai bersama, stabilisasi kedatangan wisatawan melalui strategi pemasaran omnichannel, dan peningkatan kepuasan wisatawan melalui pengembangan sistem informasi dan penggunaan teknologi ramah lingkungan,” kata Alivanza.
Dekan FTUI Prof. Dr. Heri Hermansyah, S.T., M.Eng., IPU., memberikan apresiasinya terhadap prestasi Alivanza dan tim. “Strategi yang ditawarkan oleh tim mahasiswa FTUI tentunya dirumuskan setelah melalui analisis yang matang. Semoga dapat diterapkan dengan baik secara berkelanjutan, dan diharapkan kedepannya Desa Wisata Sukobathik akan mampu menawarkan pengalaman berwisata (travel journey) yang berkelanjutan serta dapat dikenang oleh para wisatawan. Selain itu, strategi yang dikembangkan juga merupakan bentuk implementasi dari tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) poin ke 4, yaitu pendidikan berkualitas dalam hal kebudayaan dan peradaban manusia yang terus berkembang.”
***
Biro Komunikasi Publik
Fakultas Teknik Universitas Indonesia