Urbanisasi menjadi fenomena yang saat ini masif terjadi di Indonesia, khususnya di Jakarta. Salah satu akibat dari adanya urbanisasi adalah peningkatan jumlah penduduk. Fenomena peningkatan jumlah penduduk juga ternyata memunculkan banyak permasalahan, salah satunya kualitas air bersih. Selain itu, urbanisasi juga telah memicu aktivitas perumahan perkotaan yang tidak tertata atau sering disebut sebagai urban sprawl. Permasalahan urban sprawl ini menyebabkan perilaku masyarakat yang tidak sehat, seperti membuang sampah dan buang air besar sembarangan ke sungai. Tak heran jika kadar Escherichia Coli atau bakteri di sungai-sungai Jakarta terhitung tinggi dan menimbulkan permasalahan pada segi kesehatan, seperti diare dan stunting.
Permasalahan besar ini ternyata memantik empat mahasiswa Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Indonesia (DTSL FTUI), untuk menemukan solusi atas permasalahan kualitas air bersih di Jakarta. Mereka mengusulkan penggunaan Titanium Dioxide-Graphene Oxide lanjutan (TiO2-GO), yaitu teknologi membran untuk mengatasi krisis air bersih di Jakarta. Pemilihan teknologi ini didasarkan pada karakteristik air tercemar, keterbatasan lahan dan biaya, serta daya tahan membran yang digunakan. Teknologi membran TiO2-GO mampu menghilangkan hingga 100% berbagai macam kandungan polutan organik, bakteri, dan virus.
Berkat usulannya atas solusi permasalahan krisis air bersih di Jakarta, keempat mahasiswa yang tergabung dalam Tim Brim ini berhasil menjadi Silver Medalist pada kompetisi World Science Environmental Engineering Competition (WSEEC) yang diselenggarakan oleh Indonesian Young Scientist Association (IYSA) dan diumumkan pemenangnya pada 4 Agustus lalu.
Tim Brim terdiri dari Brily Najmussabah (DTSL 2020), Rubby Anistia Prasetyo (DTSL 2020), Immanuela Karina (DTSL 2020), dan Miftahul Jannah Arrahmah (DTSL 2020). Berada di bawah bimbingan dosen DTSL FTUI, Dr. Ing. Sucipta Laksono, S.T., M.T.
“Permasalahan air bersih di Jakarta, khususnya Jakarta Utara telah mengancam kesehatan manusia akibat bakteri Escherichia Coli. Tapi, akar permasalahan ini belum mendapat perhatian serius dari berbagai pihak. Sebenarnya, beberapa solusi telah dicanangkan pemerintah, seperti memperluas distribusi air bersih. Namun, kenyataannya hingga tahun 2023 distribusi air bersih di Jakarta baru mencapai 65,8% dan 81% air bersih Jakarta berasal dari Bendungan Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat. Dengan jarak distribusi lebih dari 100 km, biaya menjadi mahal dan sering menyebabkan kebocoran pada pipa air sehingga menyebabkan kehilangan volume air hingga 46,85%. Hal ini pun diperparah dengan hanya 5% air permukaan di Jakarta yang dapat dimanfaatkan sebagai air bersih. Oleh karena itu, kami berusaha mengusulkan solusi optimal dalam memaksimalkan fungsi badan air Jakarta sebagai sumber utama distribusi air bersih yang berkelanjutan dan biaya yang rendah,” kata Dr. Ing. Sucipta Laksono, S.T., M.T.
Rubby menuturkan bahwa usulan penggunaan teknologi TiO2-GO memiliki dampak unggul bagi berbagai aspek. Pertama, aspek ekonomi, dapat memajukan membran nano filter yang akan meningkatkan nilai investasi dan harga air akan jauh lebih hemat. Kedua, aspek teknologi akan mengurangi 51% kebocoran pipa dan meningkatkan penggunaan air di Jakarta. Ketiga, aspek lingkungan akan meningkatkan daya tahan membran dan limbah yang dihasilkan akan lebih sedikit, mengurangi footprint 60%, dan penggunaan daya listrik 5-50%.
Teknologi membran nano filter menggunakan TiO2-GO ini dapat menjadi solusi alternatif yang paling sesuai untuk mengurangi tingginya kadar Escherichia Coli dan bahan kimia berbahaya lainnya di badan air. Teknologi ini merupakan solusi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan untuk pengolahan air. Teknologi ini juga menguntungkan dan bermanfaat bagi produsen dan konsumennya yang dibuktikan dengan penghematan biaya pembelian air sekitar 84,2% dibandingkan dengan biaya tarif air yang disediakan oleh pemerintah (PAM Jaya) saat ini.
Ditemui di kesempatan terpisah, Dekan FTUI, Prof. Dr. Heri Hermansyah, S.T., M.Eng., IPU., menyampaikan “Atas adanya permasalahan mengenai air bersih di Jakarta dan dampaknya sangat merugikan bagi kesehatan manusia, menjadi permasalahan krusial yang solusi yang diberikan pun harus aplikatif serta inovatif. Solusi berupa penggunaan teknologi TiO2-GO ini bukan hanya sekadar solusi yang berjangka waktu pendek, tetapi bisa menjadi solusi berkelanjutan yang murah dan mudah dalam mengatasi permasalahan krisis air bersih di Jakarta,” jelasnya.
World Science Environment and Engineering Competition (WSEEC) adalah kompetisi bagi para generasi muda untuk memberikan kontribusi dalam upaya memberikan inovasi dan terobosan dalam peningkatan kompetensi sumber daya manusia melalui pengintegrasian keterampilan literasi, keterampilan pengetahuan, serta penguasaan teknologi. Diselenggarakan oleh Indonesian Young Scientist Association (IYSA) yang bekerja sama dengan Universitas Pancasila, Fakultas Farmasi, dan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor (IPB), pada Januari–Juli 2023, dengan diikuti oleh 340 tim dari berbagai universitas.
***
Biro Komunikasi Publik
Fakultas Teknik Universitas Indonesia