id
id

Mengoptimalkan Produksi Spun Pile: Doktor FTUI kembangkan Inovasi Berbasis ISO 56002

Industri beton pracetak di Indonesia terus menunjukkan pertumbuhan yang pesat, terutama dalam produksi spun pile. Tiang pancang berbentuk silinder ini dibuat dengan proses pengecoran beton yang diputar pada kecepatan tinggi, menghasilkan produk yang kuat dan tahan beban berat. Kemampuannya yang unggul menjadikannya pilihan utama untuk proyek besar, mulai dari jembatan, gedung bertingkat, hingga infrastruktur pelabuhan.

Namun dalam menjalani industri ini memiliki tantangan yang sangat besar, persaingan yang semakin ketat, tuntutan efisiensi, dan risiko cacat produksi menjadi pekerjaan rumah yang tak bisa diabaikan. Untuk menjawab persoalan tersebut, Ranti Hidayawanti mahasiswa program doktor teknik FTUI mengembangkan pendekatan yang lebih sistematis dan berbasis data, yakni dengan mengadopsi ISO 56002 sebagai panduan inovasi. Gagasan tersebut tertuang pada disertasinya yang dibuat sebagai syarat promosi doktor dengan judul “Inovasi Metode dan Teknologi Spun Pile Berbasis Risiko dengan Pendekatan ISO 56002 yang Terintegrasi Sistem Informasi Sebagai Salah Satu Upaya Meningkatkan Daya Saing”.

Promosi doktor Ranti Hidayawanti dilakukan pada 30 Desember 2024 di Ruang Smart Meeting Room, Gedung Dekanat Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Ranti Hidayawanti berhasil meraih gelar doktor di bidang Ilmu Teknik Sipil dengan predikat cumlaude, IPK 3.96 tercatat sebagai lulusan doktor ke-75 Departemen Teknik Sipil dan doktor ke-576 Fakultas Teknik Universitas Indonesia. 

Pendekatan ini tidak hanya berfokus pada teknologi, tetapi juga pada pengelolaan manusia, alat, dan prosedur yang digunakan. Salah satu tantangan terbesar adalah mengidentifikasi proses yang paling berisiko dan memperbaiki alur kerjanya. Misalnya, kami menemukan bahwa tahap Cutting & Heading dan Stressing & Spinning memiliki tingkat risiko menengah yang cukup tinggi. Proses ini sangat krusial karena jika terjadi kesalahan, dampaknya akan terasa di seluruh tahapan berikutnya.

Penelitian ini menggali lebih dalam tahapan produksi spun pile untuk menemukan titik-titik kritis yang berkontribusi pada risiko cacat mutu. Salah satu temuan menarik adalah tingginya risiko pada proses awal, seperti Cutting & Heading (84%), serta pada tahap Stressing & Spinning (59%). Kedua tahapan ini memegang peran penting dalam menentukan kualitas produk akhir, sehingga peningkatan kinerja pada proses ini menjadi prioritas utama.

Untuk mendukung hal tersebut, Ranti mengembangkan prosedur operasional standar (SOP) berbasis matriks RACI (Responsible, Accountable, Consulted, Informed). SOP ini dirancang agar seluruh proses produksi dapat terpantau secara real-time, artinya, jika ada potensi masalah, solusinya bisa langsung ditemukan tanpa harus menunggu proses selesai. Pendekatan ini tidak hanya memudahkan identifikasi potensi masalah, namun meminimalkan pemborosan serta meningkatkan konsistensi kualitas produk. 

Selain penguatan SOP, penelitian ini juga menyoroti pentingnya integrasi teknologi informasi dalam proses produksi. Teknologi tidak hanya menjadi alat bantu, tetapi juga fondasi bagi upaya peningkatan efisiensi dan pengelolaan risiko. Dengan sistem digital, aktivitas produksi dapat dipantau secara internal maupun eksternal, memungkinkan perusahaan untuk mengidentifikasi titik lemah dengan lebih cepat dan akurat. “Dengan pengelolaan yang lebih baik melalui SOP digital, perusahaan dapat memastikan setiap tahap produksi berjalan sesuai standar. Hasilnya adalah produk yang lebih konsisten dengan risiko cacat yang jauh lebih kecil,” ujar Ranti Hidayawanti.

Saya berharap penelitian ini bisa menjadi solusi nyata bagi industri. ISO 56002 bukan hanya sekadar standar internasional, tetapi alat untuk membantu perusahaan memperbaiki cara mereka bekerja, menciptakan inovasi yang berkelanjutan, dan tentu saja meningkatkan daya saing. Jika diterapkan dengan benar, pendekatan ini tidak hanya menguntungkan perusahaan, tetapi juga memberikan dampak positif bagi pelanggan dengan produk yang lebih baik dan lebih konsisten,” tambah Hidayawanti. 

Penelitian ini menyimpulkan bahwa keberhasilan produksi spun pile tidak hanya bertumpu pada teknologi canggih, tetapi juga pada pengelolaan risiko yang terstruktur, kualifikasi SDM yang memadai, serta penerapan SOP yang terintegrasi. Pendekatan berbasis ISO 56002 ini menawarkan strategi yang tidak hanya meningkatkan efisiensi produksi, tetapi juga membuka peluang besar untuk inovasi berkelanjutan di industri beton pracetak.

Plt. Dekan FTUI, Prof. Mahmud, S.T., M.Sc., Ph.D., memberikan apresiasi tinggi terhadap penelitian ini. “Penelitian ini sangat relevan dengan kebutuhan industri saat ini. Selain itu, penelitian ini menunjukkan bagaimana inovasi berbasis standar internasional bisa diterapkan untuk menyelesaikan persoalan teknis di lapangan. Dengan pengelolaan teknologi dan risiko yang baik, saya yakin produksi spun pile Indonesia bisa lebih kompetitif, tidak hanya di pasar lokal tetapi juga global,” jelasnya.

Sidang Promosi ini dipimpin oleh Prof. Dr. Ir. Yanuar, M.Eng., M.Sc., dengan promotor Prof. Dr. Ir. Yusuf Latief, M.T., IPU dan ko-promotor Prof. Dr (Eng) Vincent Gaspersz, D.Sc., IPU Sementara tim penguji terdiri dari Ayomi Dita Rarasati, S.T., M.T., Ph.D, Prof. Mohammed Ali Berawi, M.Eng.Sc., Ph.D, Prof. Ir. Krishna Mochtar, MSCE, Ph.D, IPU, Prof. Dr. Ir. Sarwono Hardjomuljadi, MT, MH, Leni Sagita Riantini, ST, MT, Ph.D .

***

Kantor Komunikasi Publik
Fakultas Teknik Universitas Indonesia

X