Perubahan iklim menjadi tantangan serius bagi ketersediaan air bersih di Indonesia, terutama dalam konteks penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat atau PAMSIMAS. Untuk mengatasi tantangan ini, Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI), University of Technology Sydney-Institute for Sustainable Futures (UTS-ISF), Center for Regulation Policy and Governance (CRPG), dan Universitas Gadjah Mada (UGM) berkolaborasi melalui program Kolaborasi Pengetahuan, Teknologi, dan Inovasi Australia dan Indonesia (KONEKSI) dalam sebuah Audiensi Nasional yang digelar di Hotel Oria Jakarta Pusat pada tanggal 19 September 2023.
Acara bertajuk “Future Proofing a Basic Social Service: Climate-Resilient Community-Based Rural Water Supply” ini didukung oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), serta Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), dan dihadiri oleh perwakilan dari berbagai lembaga pemerintah dan internasional.
Dalam sambutannya, Ibu Nur Aisyah Nasution dari Direktorat Perumahan dan Kawasan Permukiman Kementerian PPN/BAPPENAS menggarisbawahi pentingnya mengintegrasikan perubahan iklim dalam perencanaan PAMSIMAS. Profesor Juliet Willetts, Ketua Peneliti dan Direktur Riset di UTS-ISF, Australia, memaparkan riset KONEKSI yang fokus pada hubungan antara perubahan iklim dan sistem PAMSIMAS. Tim Kegiatan Infrastruktur Berbasis Masyarakat menjelaskan tentang Manajemen Informasi Sistem PAMSIMAS (MIS PAMSIMAS) dan Pemetaan Risiko Iklim RWS.
Sesi diskusi yang dipimpin oleh Dr. Cindy Rianti Priadi, S.T., M.Sc., Ketua Program Studi Teknik Lingkungan FTUI, memungkinkan peserta untuk bertukar pikiran dan berbagi pandangan tentang perubahan iklim dan ketahanan iklim dalam konteks PAMSIMAS.
Audiensi Nasional ini juga melibatkan Focus Group Discussion (FGD) yang membagi peserta menjadi dua sesi. Sesi pertama membahas Persepsi Risiko, Perencanaan Adaptasi, Kapasitas, dan Manajemen Bencana, sementara sesi kedua mengevaluasi Draft Perangkat Monitoring dan Evaluasi Penyediaan Air Pedesaan yang Berketahanan Iklim (RWS-MAT).
Dr. Mohamad Mova Al’Afghani Ph.D dari CRPG mengungkapkan bahwa “Isu perubahan iklim belum menjadi faktor yang dipertimbangkan saat PAMSIMAS digagas. Dengan adanya ancaman perubahan iklim yang kian nyata, dirasa perlu untuk memetakan kapasitas, ancaman, risiko, manajemen bencana, dan integrasi adaptasi dalam perencanaan dan kondisi existing PAMSIMAS, sehingga PAMSIMAS dapat resilient terhadap perubahan iklim.”
Dekan FTUI, Prof. Dr. Heri Hermansyah, S.T., M.Eng., IPU. menyambut baik inisiatif kolaborasi ini dalam mendukung sistem PAMSIMAS yang lebih berketahanan iklim. ”Dalam era ketidakpastian perubahan iklim, upaya seperti ini menjadi sangat relevan dan mendesak. Inisiatif KONEKSI ini adalah bukti nyata komitmen kami untuk meningkatkan akses masyarakat Indonesia terhadap air bersih yang aman, terutama di desa-desa terpencil.”
Prof. Heri juga menekankan pentingnya peran penelitian dan inovasi dalam menghadapi tantangan perubahan iklim, serta bagaimana kolaborasi lintas batas dapat membawa dampak positif bagi masyarakat. “Kami yakin bahwa hasil dari riset ini akan memberikan panduan berharga bagi pemerintah, lembaga, dan komunitas dalam meningkatkan ketahanan iklim sistem PAMSIMAS. Saya harap kolaborasi seperti ini akan terus berkembang dan menghasilkan solusi berkelanjutan untuk tantangan lingkungan yang semakin mendesak. Kami berkomitmen untuk terus mendukung upaya-upaya yang mengarah pada pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia,” tandasnya.
Hasil dari Audiensi Nasional ini akan membantu tim peneliti untuk menyempurnakan perangkat monitoring dan evaluasi PAMSIMAS yang berketahanan iklim. Selanjutnya, perangkat ini akan diuji cobakan di lebih dari 80 PAMSIMAS di berbagai daerah di Indonesia. Pada tahun 2024, akan diadakan Audiensi Nasional lainnya untuk mendiseminasikan perangkat ini serta rekomendasi regulasi yang dapat mendukung PAMSIMAS di Indonesia agar lebih berketahanan iklim dan inklusif.
Dengan sinergi dan kolaborasi serta penguatan panduan, peningkatan kapasitas Kelompok Pengelola Sarana Prasarana Air Minum dan Sanitasi (KPSPAMS), serta perangkat monitoring dan evaluasi yang sederhana, semoga Indonesia dapat mencapai penyediaan air bersih berbasis masyarakat yang berkelanjutan dalam menghadapi perubahan iklim yang semakin nyata.
***
Biro Komunikasi Publik
Fakultas Teknik Universitas Indonesia