Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI), bersama Adkesma BEM FTUI, mengadakan seminar terkait isu kesehatan mental. Seminar ini diadakan di Smart Meeting Room, Gedung Dekanat FTUI, bertepatan dengan World Mental Health Day, yaitu pada 10 Oktober. Seminar ini merupakan rangkaian dari kegiatan Mental Health Week yang diadakan oleh Adkesma BEM FTUI dengan mengangkat tema “Angry Bird : Every Emotion Has a Target, Make Sure Yours is a Solution.”
Manajer Kemahasiswaan dan Alumni, Dr.rer.pol. Ir. Romadhani Ardi, S.T., M.T., dalam sambutannya menyampaikan pentingnya dukungan terhadap kesehatan mental mahasiswa, “Kami setiap minggunya menyediakan psikolog 3 hari dalam seminggu, dan ternyata jadwalnya penuh. Dan itu hanya menyentuh sebagian dari masalah-masalah yang ada. Pencegahan isu kesehatan mental ini bisa dilakukan dengan membangun kesadaran dari teman-teman BEM. Sehingga, teman-teman juga bisa saling mendukung untuk menghadapi isu ini.”
Perwakilan BEM FTUI, Alvin, turut menyampaikan bahwa perhatian terhadap kesehatan mental sama pentingnya dengan pencapaian akademik, “Kami dari BEM FTUI 2025 percaya bahwasanya kita sebagai mahasasiswa tidak hanya mementingkan akademik, namun juga kesehatan mental. Setiap tahunnya kami mengadakan acara ini dan kami melihat dampak yang baik darinya.”
Dalam sesi utama seminar, dr. Zulvia Oktanida Syarif, Sp.KJ., atau yang akrab dipanggil Dokter Vivi, menyatakan bahwa berdasarkan data pada (PDSKJI, 2024), satu dari tiga mahasiswa Indonesia mengalami gejala cemas atau depresi. Hal ini dapat terjadi karena mahasiswa mengalami tekanan akademik dan sosial yang tinggi. Kondisi kesehatan mental yang umum dialami mahasiswa di antaranya, stres, burnout, kecemasan, dan depresi.
Dokter Vivi menjelaskan bahwa, dalam hal ini, kita dapat menjadi peer supporter bagi teman kita yang memiliki gangguan kesehatan mental. Budaya yang mendukung kesehatan mental dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti menormalkan pembicaraan tentang kesehatan mental, adanya dukungan dari komunitas dan kampus, budaya menerima, mendengarkan, anti-bullying, dan positive environment. Menurut sebuah studi oleh (Taliaferro et al, 2009), mahasiswa yang merasa didukung oleh lingkungan kampusnya lebih mungkin untuk mencari bantuan untuk masalah kesehatan mental.
Namun, sebelum kita menjadi peer supporter bagi orang lain, kita juga perlu sehat secara mental. Dokter Vivi menyoroti bahwa menjaga kesehatan mental bukan berarti kita lemah, melainkan karena kita kuat untuk menyadari bahwa kita adalah manusia.
“Kondisi di mana seorang individu dapat berkembang dengan baik menyadari kemampuan sendiri dapat mengatasi tekanan dapat bekerja secara produktif mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.” Jelas Dokter Vivi terkait pengertian sehat secara mental.
Melalui pertanyaan yang masuk, Dokter Vivi menjawab bahwa sebagai peer supporter, kita perlu membatasi diri terhadap curhatan yang masuk. Kita perlu menyadari bahwa kita bukanlah seorang profesional, sehingga lebih baik menyarankan orang tersebut untuk konsultasi ke psikolog, terlebih lagi jika sudah ada tanda-tanda terkait. Di antaranya adanya pikiran untuk bunuh diri dan tindakan menyakiti diri sendiri, terjadinya gangguan tidur dan makan yang ekstrem, menarik diri dari aktivitas sehari-hari, bicara tidak nyambung atau kehilangan kontak realitas, sampai trauma berat yang muncul kembali.
Dekan FTUI, Prof. Kemas Ridwan Kurniawan, S.T., M.Sc., Ph.D., turut menyoroti terkait ksehatan di FTUI, “Isu mental health di Fakultas Teknik UI adalah isu yang sangat nyata, baik yang sifatnya kasus besar maupun yang berpola. Sehingga kami berharap acara ini jangan hanya menjadi perayaan, tetapi untuk meningkatkan awareness terhadap isu yang ada.”
Melalui kegiatan Mental Health Week dan seminar bertema “Angry Bird”, FTUI menegaskan komitmennya dalam menciptakan lingkungan kampus yang peduli dan sadar akan kesehatan mental. Dengan kolaborasi antara fakultas, BEM, dan tenaga profesional, kegiatan ini menjadi langkah nyata dalam menciptakan lingkungan yang mendukung keseimbangan antara prestasi akademik dan kesejahteraan mental mahasiswa.
***
Kantor Komunikasi Publik
Fakultas Teknik Universitas Indonesia