Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Indonesia bersama Badan Ekonomi Kreatif menyelenggarakan rangkaian kegiatan berjudul “Tanahku Indonesia” bertempat di Dia.Lo.Gue Artspace, Kemang, Jakarta Selatan, pada tanggal 8-12 November 2017. Kegiatan ini merupakan bagian dari Bekraf Creative Labs 2017 untuk Sub Sektor Arsitektur dan Desain Interior, yang meliputi kegiatan pameran, workshop, dan seminar.
Pameran “Tanahku Indonesia” menampilkan potensi materialitas lokal dari arsitektur dan desain interior berbahan dasar tanah sebagai bagian dari ekonomi kreatif Indonesia. Pemahaman materialitas tidak terbatas pada kehadiran material secara fisik dalam berbagai wujud dan ragamnya, namun terkait erat dengan berbagai teknik dan metode yang menyertai kehadirannya, serta melekat dengan konteks lingkungan ekologi dan konteks keseharian masyarakatnya. “Tanahku Indonesia” berupaya merangkum kehadiran beragam jenis material yang terbuat dari tanah dan turunannya beserta penerapannya dalam arsitektur dan desain interior di berbagai wilayah Indonesia. Kekayaan tanah Indonesia ditampilkan sebagai potensi yang mampu meningkatkan kualitas rancangan arsitektur dan interior, serta sekaligus memberikan nilai tambah ekonomi dari keseluruhan proses perwujudan arsitektur dan interior yang mengedepankan partisipasi masyarakat.
Pameran “Tanahku Indonesia” dikuratori oleh Yandi Andri Yatmo dan Paramita Atmodiwirjo, yang keduanya adalah Guru Besar Arsitektur dari Universitas Indonesia. Selain pameran, rangkaian kegiatan ini juga meliputi workshop dan seminar. Workshop pada tanggal 11 November 2017 disampaikan oleh Kandura Studio, dilanjutkan dengan seminar “Tanahku: Interrelasi Material dan Narasi Ruang” yang menampilkan pembicara Chairul Amal Septono dari HDII DKI Jakarta, perwakilan dari Sarasa Tegel Yogyakarta, dan arsitek Andra Matin. Pada tanggal 12 November diadakan workshop yang dipandu oleh Eko Prawoto, serta seminar “Bumi dan Naungan: Tanah dalam Praktik Berarsitektur” dengan menampilkan pembicara dari IAI Daerah Bali, DIY, Jakarta, Jawa Tengah dan NTB, serta pakar arsitektur Budi A. Sukada dan pakar rekayasa nilai Mohammed Ali Berawi.