Kopi adalah minuman seduh yang sedang tren saat ini yang dikonsumsi di seluruh dunia. Konsumsi kopi global telah meningkat selama 50 tahun terakhir. Kopi memiliki sensasi rasa yang menyenangkan, terdiri dari kombinasi pahit dan asam yang seimbang. Namun, karena enzim terkandung pada biji kopi, biji kopi segar rentan terhadap infeksi dan kerusakan pascapanen. Beberapa metode yang digunakan untuk mengeringkan biji kopi, antara lain pengeringan matahari alami, pengeringan mekanis, dan metide pengeringan hibrida.
Tertantang untuk menemukan Teknik pengeringan biji kopi dengan meminimalisir kerusakan pasca panen, Muhammad Irfan Dzaky menuangkan eksperimennya dalam disertasi yang berjudul, “Sistem Pengering Biji Kopi dengan Menggunakan Sistem Refrigasi Kondenser Ganda sebagai Dehumidifier dan Heat Recovery”. Disertasi ini dipresentasikan pada sidang Promosi Doktor FTUI yang dilaksanakan pada Jumat (14/07) di Kampus UI, Depok.
“Teknologi pascapanen merupakan suatu upaya peningkatan kualitas penanganan dengan tujuan mengurangi penyusutan akibat kerusakan produk. Susut pascapanen produk hortikultura berkisar antara 80%-90% yang merupakan kandungan air. Produk hasil perkebunan maupun pertanian seetelah lakukan proses panen akan terjadi aktivitas metabolisme sehingga mengakibatkan kerusakan secara fisik dan kimia,” ungkap Muhammad Irfan Dzaky.
Teknologi pascapanen secara umum dapat dibedakan menjadi dua. Pertama adalah penanganan primer yang meliputi penanganan produk hingga menjadi produk setengah jadi atau produk yang siap diolah, di mana perubahan produk dapat dilihat secara fisik, sedangkan perubahan kimiawi tidak terjadi pada tahap ini. Selanjutnya adalah penanganan sekunder. Pada tahap ini akan terjadi perubahan bentuk fisik serta komposisi kimiawi dari produk akhir melalui suatu proses pengolahan produk.
Dalam presentasinya, Muhammad Irfan Dzaky juga mengungkapkan bahwa dengan melihat peluang dan masalah yang umum terjadi, diperlukan pengembangan proses pengeringan yang memiliki konsumsi energi yang rendah serta pengeringan pada temperatur yang rendah untuk memperoleh produk yang berkualitas dengan meminimalisir kerusakan nutrisi yang terkandung di dalamnya, aroma, serta rasa.
“Keterbaruan dari penelitian ini adalah pengeringan biji kopi yang memanfaatkan sistem refrigasi sebagai dehumidifikasi udara pengering dan heat recovery untuk dipalikasikan pada daerah yang memiliki specific humidity udara di lingkungan yang tinggi,” katanya.
Dekan FTUI, Prof. Dr. Heri Hermansyah, S.T., M.Eng., IPU., menyampaikan, “Teknologi pasca panen menjadi upaya paling efektif dalam meningkatkan penyusutan kerusakan produksi. Untuk itu salah satu upaya yang ada pada teknologi pasca panen, yaitu pengembangan proses pengeringan yang memiliki konsumsi energi yang rendah serta pengeringan pada temperatur yang rendah dalam hal penanganan produksi kopi dapat menjadi solusi untuk memperoleh produk yang berkualitas dengan meminimalisir kerusakan nutrisi yang terkandung di dalamnya, aroma, serta rasa. Pengembangan ini merupakan sumbangsih pemikiran aplikatif yang diberikan oleh Doktor lulusan FTUI ini,” ungkapnya.
Muhammad Irfan Dzaky berhasil meraih gelar Doktor dengan predikat Summa Cum Laude. Predikat ini merupakan pertama kalinya didapatkan dalam promosi doktor yang diselenggaran Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Ia merupakan Doktor ke-101 yang lulus dari Departemen Teknik Mesin dan Doktor ke-512 di FTUI. Sidang promosi doktor ini dipimpin Ketua Sidang, Prof. Dr. Ir. Raldi Artono Koestoer, DEA. Dengan Promotor, Prof. Dr. Ir. Engkos A. Kosasih dan Ko-Promotor, Prof. Dr. Ir. Imansyah Ibnu Hakim, M.Eng. Tim Penguji terdiri dari Prof. Dr-Ing. Nandy Setiadi Djaya Putra, Ardiyansyah, S.T., M.Eng., Ph.D, Dr.-Ing. Ridho Irwansyah, S.T., M.T., dan penguji eksternal dari Departemen Teknik Mesin dan Industri Universitas Gajah Mada, Prof. Dr. Ir. Indarto, DEA., IPM., ASEAN Eng.
***
Biro Komunikasi Publik
Fakultas Teknik Universitas Indonesia