Tiga inventor dari Fakultas Teknik Universitas Indonesia dengan Kekayaan Intelektual menerima pembagian royalti dari Riset terkomersialisasi tahun 2025. Mereka adalah Dr. Ruki Harwahyu, S.T., M.T., M.Sc. dan Dr. Basari, S.T., M.Eng. dari Departemen Teknik Elektro, dan Prof. Dr. Ir. Donanta Dhaneswara, M.Si. dari Departemen Teknik Metalurgi dan Material. Pembagian royalti secara simbolis dilaksanakan oleh Rektor Universitas Indonesia, Prof. Dr. Ir. Heri Hermansyah, S.T., M.Eng., IPU. di Ruang Serbaguna Gedung STP Kampus UI Depok pada Senin (19/5).
Dr. Basari mendapat royalti dari produk ventilator COVENT-20 Tipe 1. Royalti yang didapatkan kali ini merupakan yang ketiga kalinya didapat sejak COVENT-20 mulai dikomersialisasikan. Hasil dari penelitian Dr. Basari dan tim ini yang dilisensikan adalah Paten, Hak Cipta, Desain Industri dan Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu. COVENT-20 dipasarkan melalui kerja sama dengan CV. Bartec Utama Mandiri. Produk ini sudah digunakan di berbagai tempat, seperti puskesmas dan mobil ambulans.
“Royalti ini nantinya akan digunakan untuk mengembangkan produk sejenis atau produk lainnya, yang dapat dikomersialisasikan kembali,” ujar Dr. Basari. Beliau juga mengatakan bahwa ia ingin melalui produk yang ia kembangkan ini dapat memutar roda perekonomian.
Royalti didapat Dr. Ruki melalui Submit-Manuscript.Org, suatu platform untuk membantu pengelolaan konvensi ilmiah. Salah satu komponen dari invensi tersebut adalah pengamanan untuk file PDF yang diunggah oleh author. Royalti ini juga sudah didapatkan oleh Dr. Ruki sejak 2023. Produk yang dikembangkan Dr. Ruki ini sudah digunakan oleh user dari berbagai negara, di antaranya Malaysia, Australia, dan Pakistan. Dr. Ruki juga mengatakan bahwa dalam pengembangan produknya, terdapat tim Research and Developement. Melalui keuntungan yang didapat, Dr. Ruki dan tim dari mitra juga terus melakukan penyempurnaan produknya.
Kekayaan intelektual Prof. Donanta yang membuatnya mendapat royalti cukup banyak. Di antaranya Degastab, Alfluks NF11, Alfkluks NF15, Alfluks NF16, dan Alfluks NF20. Produk-produk penelitian ini diawali dari kerja sama dengan kelompok studi mahasiswa. Permasalahan yang timbul adalah produk aluminium yang kurang baik, sehingga mereka merumuskan formula-formula tersebut untuk mengatasinya. Royalti dari produk Degastab merupakan tahun yang keempat didapatkan Prof. Donanta, sedangkan dari berbagai jenis Alfluks merupakan tahun yang kedua.
Degastab yang merupakan singkatan dari Degasser Tablet adalah tablet yang digunakan untuk menghilangkan keberadaan gas Hidrogen yang terjebak dalam leburan Aluminium, sehingga diperoleh aluminium lebur yang bersih dan bebas dari penyebab porositi karena gas Hidrogen. Degasser dibuat untuk mengatasi masalah porositi gas dalam berbagai metode peleburan aluminium seperti pada metode gravity casting.
Alfluks, atau yang dikenal juga dengan Aluminium Fluks merupakan produk yang digunakan dalam peleburan aluminium cair. Setiap fluks memiliki spesifikasi yang berbeda. Misalnya, Alfluks NF11 digunakan untuk mencegah terlarutnya gas Hidrogen dari atmosfer ke dalam logam cair karena adanya perbedaan afinitas. Alfluks NF15 digunakan untuk mengambil kotoran dari aluminium cair, sedangkan Alfluks NF16 digunakan untuk menarik aluminium yang terjebak di dalam lelehan pengotor aluminium. Terakhir, Alfluks NF20 digunakan untuk pembersih dinding tanur yang digunakan dalam peleburan aluminium.
Prof. Donanta memilih UMKM, industri menengah, dan industri besar serperti pabrik kabel dan pabrik otomotif sebagai target pasar. Beliau berharap dapat bekerja sama dengan industri tersebut dan bisa melakukan ekspor ke Timur Tengah.
“Kami (penerima royalti) juga berharap dengan dibukanya jalan-jalan bagi para inventor, mereka dapat mengikuti jejak kami untuk dapat mematenkan produk penelitiannya,” ujar Prof. Donanta.
Dekan FTUI, Prof. Kemas Ridwan Kurniawan, S.T., M.Sc., Ph.D.,turut menyoroti dampak dari pembagian royalti ini. “Kami berharap dengan adanya pembagian royalti ini, para peneliti FTUI lainnya dapat mengikuti jejak para inventor ini untuk dapat mengembangkan penelitian ke tingkat komersialisasi, sehingga hasil penelitian mereka tidak hanya berhenti di tulisan, tetapi juga memberi dampak pada masyarakat luas,” tutur Prof. Kemas.
***
Kantor Komunikasi Publik
Fakultas Teknik Universitas Indonesia