id
id

Doktor FTUI Kembangkan Kendali untuk Pesawat Tanpa Awak Quadrotor

Dalam beberapa tahun terakhir, Quadrotor menjadi suatu platform pesawat tanpa awak atau unmaned aerial vehicle (UAV) yang banyak digunakan untuk berbagai keperluan baik di bidang militer maupun bidang sipil. Quadrotor dapat digunakan untuk pemantauan ataupun pemetaan wilayah, fotografi, bahkan digunakan dalam cinematografi [1-4]. Secara umum Quadrotor termasuk dalam kategori rotrary wing dengan empat rotor di setiap ujung atau sisinya. Selain quadrotor, terdapat helicopter yang termasuk dalam kategori ini. Keunggulan quadrotor dibanding helicopter adalah kemampuan yang sama namun quadrotor memiliki sistem mekanik yang lebih sederhana [5]. Struktur mekanik quadrotor berupa empat motor beserta fix pitch propeller di tiap ujung wahana. Setiap motor dengan fix pitch propeller menghasilkan thrust yang setara. Jumlah thrust yang dihasilkan dari putaran seluruh motor memungkinkan quadrotor bergerak [6]. Dengan mengubah kecepatan putar motor memungkinkan quadrotor bergerak seperti halnya helicopter.

Dr. M. Ary Heryanto mempertahankan disertasinya yang berjudul “Pengembangan Algoritma Kendali Neural Network Direct Inverse Control untuk Pesawat Tanpa Awak Quadrator “ dalam Sidang Promosi Doktor FTUI yang diselenggarakan pada hari Senin, 9 Januari 2017. Bertindak sebagai Promotor adalah Prof. Dr. Eng. Benyamin Kusumoputro, M.Eng, dengan Ko-Promotor, Dr. Ir. Wahidin Wahab, M.Sc, Dewan Penguji terdiri dari Prof. Dr. Ir. Harry Sudibyo, DEA; Dr. Ir. Feri Yusivar, M.Eng; Dr. Ir. Aries Subiantoro, M.Sc; Dr. Abdul Halim, M.Eng; dan Dr. Ir. Danny Mokhammad Gandana, M.Sc.

Metode kendali Direct Invers Control (DIC) berbasis Neural Network (NN) telah dikembangkan dan digunakan pada banyak plant yang berbeda. Hasil dari penelitian menggunakan kendali DIC menyatakan bahwa kendali DIC menunjukkan performa yang mampu mengikuti trajectory dan sesuai untuk sistem non linier [22-27]. Keunggulan lainnya adalah kendali menggunakan metode NN memungkinkan hasil performa yang tinggi tanpa mengetahui detail parameter dari plant yang digunakan [8, 22, 24]. Selain itu untuk system non linier dapat diselesaikan tanpa analisa non linier ataupun dengan pendekatan ke system linier (linierization) [25]. (Humas FT)

X