Pada Kami (18/04), Departemen Aritektur Universitas Indonesia, Kembali menyelengarakan kuliah umum yang merupakan rangkaian acara seARCH (Public Lecture Series on Architecture). Kuliah tamu kali ini mengundang Associate Prof. Johannes Widodo dari National University of Singapore dengan mengusung tema “Heritage in Motion: Placemaking for The Future”, yang diselenggarakan secara daring melalui Zoom Meeting.
Kristanti Dewi Paramita, S.Ars., M.A., Ph.D., Sekretaris Departemen Arsitektur FTUI menyampaikan dalam sambutannya, “Seri seARCH kali ini special sebagai perayaan Hari Pusaka Dunia, Departemen Arsitektur FTUI berkolaborasi dengan ICOMOS Indonesia dalam menyelenggarakan kuliah tamu hari ini. Saya berharap, kolaborasi antara Departemen Arsitektur FTUI dengan ICOMOS Indonesia maupun narasumber tidak terbatas hanya sampai sesi ini saja namun dapat berlanjut lebih dalam lagi kedepannya.”
“Kami sangat berterima kasih karena Departemen Arsitektur FTUI telah mengundang ICOMOS Indonesia untuk berkolaborasi dalam pelaksanaan kuliah tamu hari ini. ICOMOS sebagai sebagai organisasi non pemerintah Tingkat global yang memperjuangkan penerapan Teknik dan prinsip-prinsip konservasi yang berstandar dunia tentu berharap ke depan ICOMOS Indonesia bisa merajut kolaborasi yang lebih kuat dengan departemen arsitektur FTUI dalam rangka memajukan kegiatan pelestarian di Indonesia terutama demi pencapaian tujuan-tujuan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan rakyat,” ungkap Soehardi Hartono, Presiden ICOMOS Indonesia.
Tujuan kuliah tamu ini adalah untuk menyalakan Kembali wacana tentang pentingnya konservasi, yang menjalin keberlanjutan lingkungan, kelangsungan ekonomi, dan kesinambungan sosial budaya. Dimana pelestarian saat ini, kita tidak hanya berbicara perihal monumen atau bangunan secara fisik tetapi selalu dikaitkan dengan aspek-aspek Intangible heritage dimana membicarakan tentang pembangunan berkelanjutan.
Associate Prof. Johannes Widodo dalam kuliahnya memaparkan bahwa Istilah heritage masih sering salah diartikan sebagai sesuatu yang estetik, pada dasarnya heritage merupakan warisan budaya yang diwariskan dari masa lalu kepada generasi sekarang dan nantinya diserahkan untuk generasi yang akan datang.
”Sehingga pentingnya upaya pelestarian atau kontinuitas warisan budaya yang telah dibangun oleh generasi terdahulu, agar eksistensinya tetap terjaga hingga generasi dimasa depan. Karena bagaimanapun Warisan budaya adalah salah satu identitas suatu bangsa. Adaptasi menjadi penting dalam diskursus konservasi, karena konservasi bukan hanya sekedar restorasi, memperbaiki yang lama tetapi juga mengadaptasikan menjadi kondisi yang baru, untuk menyelamatkan asset fisik sebuah bangunan,” jelasnya.
Mengkonservasi bangunan heritage merupakan sebuah tantangan dalam menjaga kebudayaan suatu bangsa. Dalam era transformasi digital saat ini, para arsitektur dapat memanfaatkan teknologi digital sebagai alat pendukung upaya pelestarian konservasi bangunan bersejarah.
”Misalnya penggunaan heritage beam untuk mengkalkulasi nilai suatu bangunan, bahwa bangunan yang akan di konservasi memang secara ekonomi memiliki benefit, pantas untuk dilestarikan dan di hidupkan Kembali. Selain itu, kita juga dapat melakukan simulasi sekonario bentuk baru sebuah bangunan yang akan di konservasi dengan membuat studio model, mockup menggunakan digital twins, sehingga kita bisa melihat simulasi secara menyeluruh. Hal ini menjadi kekuatan bagi generasi kita saat ini yang tidak dimiliki para arsitek generasi pendahulu kita,” lanjut Johannes.
Dapat disimpulkan bahwa bangunan kota, maupun bangunan bersejarah yang ada di sekitar kita merupakan titipan yang harus kita jaga untuk generasi selanjutnya, sehingga terkait hal ini Associate Prof. Johannes Widodo menawarkan paradigma baru untuk memaknai ulang heritage dengan paradigma inheritance yakni menyelamatkan bagunan bersejarah untuk diadaptasikan sesuai dengan gaya hidup masa kini dengan bantuan politik, gerakan masyarkat dan juga dukungan dari expert. Hal ini bisa menstimulasi keberlangsungan inheritance untuk masa depan tidak hanya berfokus pada beautifkasi (proses perbaikan visual) tapi juga harus berdampak baik untuk lingkungan dan juga sosio-ekonomi.
Pada kesempatan terpisah Dekan FTUI, Prof. Dr. Ir. Heri Hermansyah, S.T., M.Eng., IPU, mengungkapkan, “Saya harap melalui kuliah tamu yang dibawakan oleh Associate Prof. Johannes Widodo ini, dapat menambahkan kesadaran kita bahwa pentingnya menjaga eksistensi bangunan mapun perkotaan yang memiliki nilai Sejarah. Semoga pembelajaran ini mendorong untuk lebih berpartisipasi kegiata pelestarian Indonesia dalam Pembangunan berkelanjutan”.
Johannes Widodo adalah salah satu pendiri ICOMOS Indonesia. Beliau juga seorang pengajar, associate professor di Department of Architecture, School of Design and Environment, National University of Singapore dengan fokus riset pada bidang sejarah, teori, dan kritik arsitektur. Sejalan dengan minatnya tersebut, ia kini menjabat sebagai Direktur Tun Tan Cheng Lock Centre for Asian Architectural and Urban Heritage in Melaka dan Executive Editor dari JSEAA. Selain itu, beliau juga terlibat diberbagai organisasi dan kegiatan pelestarian seperti Anggota Asosiasi Singapore Institute of Architecture (SIA), pendiri modern Asian Architecture Network.
***
Kantor Komunikasi Publik
Fakultas Teknik Universitas Indonesia