id
id

Research Forum Maret 2022: FTUI’s Young Scientists

Pada Senin, (14/3) lalu Research Forum Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) kembali mengadakan Sharing Session dengan tema “Young Scientist“. Acara ini menghadirkan dua pembicara yang merupakan dua dosen muda FTUI yang baru bergabung, yaitu Sheila Tobing, S.T., M.Eng., Ph.D., dari Program Studi Teknik Sistem Energi dan Retno Wahyu Nurhayati, S.T.P., M.Eng., Ph.D.Eng dari Program Studi Teknik Kimia.

Sheila Tobing, S.T., M.Eng., Ph.D. menyampaikan materi bertajuk “Bio-Inspired Flight“. Dalam paparannya, beliau menjelaskan Bioinspired Flight secara sederhana adalah belajar dari alam dan berusaha untuk mengaplikasikan apa yang dipelajari ke dalam bentuk kendaraan terbang, contohnya seperti pesawat terbang dan drone.

Hewan terbang yang akan dipelajari yaitu bumblebee dan hoverflies. Apa yang dipelajari dari kedua hewan terbang ini digunakan untuk pengaplikasian Micro Air Vehicles (MAVs) atau drone. Tipe drone yang paling diminati adalah flapping wing. Hal ini disebabkan tipe flapping wing ringan dan dapat terbang diam di suatu posisi, serta mampu mendarat dan lepas landas secara vertikal.

“Tipe flapping wing terinspirasi dari sistem sayap serangga yang bergerak secara downstroke dan upstroke. Agar lebih mudah diaplikasikan, sistem sayap serangga ini disederhanakan menjadi sayap naik dan turun, sayap bergerak berdasarkan besaran sudut, dan kombinasi dari keduanya” kata Sheila Tobing.

Banyaknya hal yang memengaruhi fleksibilitas dari flapping wings menyebabkan setiap serangga memiliki informasi berbeda dan tidak bisa digeneralisasi. Variasi tersebut menjadi tantangan sekaligus peluang bagi peneliti. Tersedianya ratusan juta spesies serangga menciptakan kesempatan untuk menemukan informasi baru dari setiap jenis serangga. Salah satunya adalah bumblebee.

Bumblebee memiliki sifat yang menarik dalam konsep drone. Serangga ini memiliki tubuh besar dengan sayap yang kecil. Secara aerodinamis, seharusnya bumblebee tidak bisa terbang. Hal yang menyebabkan bumblebee tetap dapat terbang meskipun dengan sayap kecil adalah karena serangga ini memiliki wing loading yang tinggi. Konsep ini jika diaplikasikan ke drone akan membuat drone tetap dapat terbang meskipun dengan sayap yang kecil dengan beban yang besar” kata Sheila Tobing.

Beralih ke materi selanjutnya, Retno Wahyu Nurhayati, S.T.P., M.Eng., Ph.D.Eng menjelaskan materi Microencapsulation of Human Stem Cells: An Approach to Regenerate Tissue. Sel punca atau stem cell adalah sebutan untuk sel yang belum memiliki fungsi khusus, sehingga dapat mengubah, menyesuaikan, dan memperbanyak diri tergantung lokasi sel tersebut berada. Sel punca kerap digunakan sebagai bahan transplantasi dalam pengobatan medis.

Salah satu materi yang digunakan untuk membuat tissue engineering adalah sel punca. Sel ini paling umum ditemui di sumsum tulang. Dalam sumsum tulang terdapat haematopoietic stem cell yang biasanya digunakan untuk pengobatan pasien leukemia. “Dalam kasus leukemia, transplantasi Haematopoietic Stem Cell (HSC) dibagi menjadi dua cara, dengan cara autologous dan dengan cara allogeneic. Autologous dilakukan untuk pasien yang hsc nya masih bagus namun harus menjalani proses seperti kemoterapi atau radioterapi yang dimana HSC sensitif terhadap proses ini. HSC diambil dari pasien kemudian disimpan untuk diamankan. Setelah proses treatment berlangsung barulah HSC dikembalikan dan dapat kembali berfungsi secara normal. Sementara untuk pasien yang tidak memiliki HSC yang normal, akan menerima HSC dari donor atau dapat disebut allogeneic. Donor ini dapat berasal dari orang dewasa maupun dari sumsum tulang tali pusar,” kata Retno.

Enkapsulasi atau proses untuk melapisi bahan padat, cair, ataupun gas sensitif pada HSC dilakukan agar saat ditransplantasikan HSC dapat terlindungi dari penolakan sel imun namun tetap dapat memberikan permeabilitas sehingga nutrien dan oksigen dapat keluar masuk agar sel tetap dapat hidup. Fungsi lain dari enkapsulasi ini sebagai delivery system. Ketika melakukan transplantasi jaringan atau sel, sel yang ditanam akan menerima stress karena pemindahan dari lingkungan yang kondusif ke lingkungan baru. Maka digunakanlah enkapsulasi ini agar jaringan atau sel yang dipindahkan dapat bertahan dan melakukan regenerasi.

Ditemu di kesempatan terpisah, Dekan FTUI, Prof. Dr. Heri Hermansyah, ST., M.Eng., IPU mengungkapkan rasa bangganya atas generasi baru dosen FTUI. “Regenerasi tenaga pendidikan atau dosen merupakan salah satu perhatian utama FTUI. Dosen-dosen muda FTUI membawa angin segar dan ilmu pengetahuan baru bagi arah pendidikan maupun penelitian di FTUI. Semoga kedepannya dosen-dosen muda yang brilian ini turut mengembangkan FTUI menjadi fakultas yang unggul dan berdampak di Indonesia.”

***

Biro Komunikasi Publik
Fakultas Teknik Universitas Indonesia

X